Pertempuran Makin Sengit di Libanon, Belum Ada Upaya Perdamaian

Situasi di Libanon makin memanas seiring dengan makin meluasnya pertikaian antara militer Libanon dan milisi bersenjata di negara itu. Pertempuran kembali pecah di kamp pengungsi Palestina, sebagai balasan militer Libanon, setelah salah satu pos keamannya di Ain al-Hilweh mendapat serangan roket.

Laporan al-Jazeera menyebutkan, serangan itu memicu baku tembak dan saling lempar granat antara pasukan militer Libanon dan anggota milisi Jund al-Sham. Jund al-Sham adalah milisi Sunni yang mendukung perlawanan kelompok Fatah al-Islam.

Sumber medis mengatakan, akibat pertempuran itu, tiga anggota militer Libanon dan dua warga sipil Palestina yang berada dalam pengungsian itu luka-luka.

Militer Libanon juga kembali menyerbu kamp pengungsi Nahr al-Bared pada Minggu (3/6), dengan mengerahkan helikopter yang menembakkan roket-roket serta menggunakan senjata mesin yang memuntahkan pelurunya ke sejumlah target di kamp tersebut.

PM Libanon Fuad Siniora menyatakan, penyerbuan itu bertujuan untuk memberangus kelompok Fatah al-Islam yang diduga masih bertahan di kamp pengungsi Nahr al-Bared.

Reporter Al-Jazeera melaporkan, pasukan militer Libanon berhasil mendekati kamp pengungsi dalam jarak beberapa meter dan membersihkan tempat-tempat yang dicurigai sebagai kantong-kantong milisi Fatah al-Islam. Suara tembakan dari senjata mesin pasukan Libanon terdengar dari luar kamp. Dalam penyerbuan itu, militer Libanon di dukung oleh tank-tank dan helikopter.

Dalam pertempuran sepanjang akhir pekan kemarin, lebih dari 16 orang tewas dari pihak milisi, pasukan Libanon dan warga sipil.

Surat kabar terbitan Libanon An-Hanar menurunkan berita tentang pengakuan dari anggota milisi Fatah al-Islam yang tertangkap, bahwa mereka merencanakan sebuah serangan seperti serangan 11 September di AS.

"Fatah al-Islam merencanakan serangan ke sebuah hotel besar di ibukota dengan cara bom bunuh diri, menggunakan empat truk berisi bahan peledak. Pada saat yang sama, akan dilakukan serangan ke sejumlahn kedutaan besar di timur dan barat Beirut, " demikian An-Nahar tanpa menyebutkan sumber informasinya.

Di sisi lain, pihak milisi dan militer Libanon saling klaim bahwa mereka berhasil memukul musuh masing-masing. Juru bicara Fatah al-Islam Abu Salim Taha seperti dikutip al-Jazeera mengklaim berhasil menimbulkan kerusakan hebat terhadap sebagian militer Libanon dan kini memegang kendali pertempuran.

Abu Salim juga menuding, pasukan internasional UNIFIL yang bertugas menjaga keamanan di Selatan Libanon, ikut ambil bagian dalam penyerbuan ke kamp pengungsi Nahr al-Bared. Namun tudingan itu dibantah oleh juru bicara pasukan UNIFIL, Yapmina Bouzaine.

"Tuduhan itu sama sekali tidak berdasar. UNIFIL tidak terlibat dalam apa yang kini sedang terjadi di sekitar kamp Nahr al-Bared, " ujarnya.

Sementara itu, organisasi-organisasi kemanusiaan melaporkan kondisi para pengungsi yang masih berada di dalam kamp, sangat menyedihkan. Mereka yang masih tinggal di kamp pengungsi adalah orang-orang jompo dan mereka yang cacat fisik.

"Sedikitnya ada 150 orang yang menggunakan kursi roda… Sejak pertempuran dimulai hari Jumat kemarin, tidak ada bantuan yang bisa masuk ke dalam kamp, " demikian laporan al-Jazeera.

Sedangkan militer Libanon, meminta para pengungsi yang masih terperangkap di dalam kamp, untuk bersabar dan mendesak mereka agar menyerahkan para "penjahat" yang berlindung di antara para pengungsi. (ln/aljz/iol)