Rektor Universitas Al-Azhar, Mesir: Ini Bukan Kampus Al-Ikhwan atau Al-Banna

Rektor Universitas Al-Azhar Kairo Mesir, DR. Ahmad Thaeb, menolak kaitan kampusnya dengan Hasan Al-Banna dan Al-Ikhwan Al-Muslimun. Beberapa hari lalu, aparat keamanan Mesir menangkap tak kurang 180 mahasiswa Al-Azhar dengan tuduhan terlibat Organisasi Al-Ikhwan Al-Muslimun yang masih dilarang oleh pemerintah. Thaeb mengatakan, “Universitas Al-Azhar tak mungkin berubah menjadi arena bagi Al-Ikhwan Al-Muslimun, dan tidak mungkin berubah menjadi Universitas Hasan Al-Banna.”

Saat bertemu dengan 3 orang perwakilan mahasiswa Al-Ikhwan di Al-Azhar kemarin (14/12), Thaeb mennyebutkan, “Kita bukan Universitas Al-Ikhwan atau Al-Bana. Tidak mungkin Universitas Al-Azhar berubah menjadi arena untuk menarik dukungan pada Al-Ikhwan Al-Muslimun. Sangat disayangkan sekali kalian lebih dahulu bermain-main dengan universitas. Saya ingatkan kalian, satu kali, dua kali, tiga kali dan saya katakan pada kalian, jika pihak keamanan menangkap kalian lagi maka saya tidak bisa lagi mengembalikan kalian.”

Rektor Universitas Al-Azhar itu menjelaskan tentang kasus penangkapan sejumlah besar mahasiswanya yang dituding terkait dengan organisasi Al-Ikhwan Al-Muslimun. Perkataan tadi merupakan reaksi atas sikap sebagian mahasiswa Al-Azhar sepekan sebelumnya yang mengenakan pakaian hitam seperti sejumlah pejuang Palestina, dengan mengikat kepala mereka bertuliskan “shamiduun” (tetap bertahan). Mereka juga menggelar sejumlah happening art bela diri.

Menurut Thaeb, sejarah Al-Ikhwan telah mulai mencoreng Al-Azhar dan tidak mungkin didiamkan. Kepada para mahasiswanya ia mengatakan, “Saya tidak akan meminta kalian kembali kepada pihak keamanan lagi. Tapi kalian melawan dan bermain-main dengan negara. Karenanya, negara membalas sikap kalian. Saya sudah meminta kalian untuk mendatangkan orang tua kalian, tapi kalian justru mengambil informasi dari luar universitas.”

Ia mengatakan lagi, “Ketika kalian menentang pemerintah, maka masalahnya ada di tengan pemerintah. Jika saya menyetujui aksi kalian, maka aku menjadi pengkhianat. Saya katakan pada kalian, bahwa saya meminta kepada Allah swt untuk memberi bahaya atas kalian. Saya berdo’a, “ya ALlah, selamatkan Al-Azhar dari mereka. Al-Azhar mempunyai keberkahan dari Allah. Menjauhlah kalian dari Al-Azhar.”

“Kini, para pimpinan Al-Ikhwan di rumah mereka, sementara para mahasiswa yang tertangkap mengalami situasi yang pahit. Padahal para pimpinan itulah yang mengarahkan mahasiswa. Andai saya seorang mahasiswa, yang berafiliasi pada Al-Ikhwan Al-Muslimun, niscaya aku akan keluar dari Al-Ikhwan karena mereka telah berlaku jahat atas kalian dari belakang kalian dengan mengatakan bahwa kalian adalah kelompok Allah.”

Sepekan terakhir, keamanan Mesir melakukan penangkapan massal terhadap orang-orang yang dianggap memiliki hubungan dengan Al-Ikhwan. Tak kurang 10 orang jajaran pimpinan Al-Ikhwan ditangkap dalam sebuah operasi penangkapan ke sejumlah rumah dan kost mahasiswa jam satu dinihari pada hari Kamis di Cairo.

Al-Ikhwan Al-Muslimun adalah organisasi Islam terbesar di Mesir. Pada pemilu parlemen lalu, sejumlah aktifisnya meraih 88 kursi di parlemen dari total 454 kursi. Para aktifis Al-Ikhwan maju sebagai tokoh independen untuk menghindari bahaya. (na-str/iol)