Serangan Bom Bunuh Diri Beruntun Guncang Pakistan

Aparat keamanan Pakistan kembali menjadi korban serangan. Hari ini, Kamis (19/7), sebuah pusat pelatihan kepolisian di barat laut kota Hangu, menjadi target serangan bom yang diduga sebagai serangan bom bunuh diri. Akibat ledakan bom itu, tujuh orang tewas.

Kepala pemerintahan kota Hangu, Fakhr-e-Alam mengungkapkan, "Pelaku mencoba menerobos pintu gerbang. Kemudian ia meledakkan dirinya sendiri, ketika aparat keamanan berusaha menghentikannya. Enam polisi dan seorang pejalan kaki tewas menjadi korban. " Selain korban tewas, 13 orang lainnya dilaporkan mengalami luka-luka.

Tak lama setelah peristiwa serangan di Hangu, sebuah bom meledak di sebuah pasar di kota Hub, selatan Pakistan dekat kota Karachi. Ledakan itu menewaskan 19 orang, termasuk tujuh polisi.

Menurut Abdullah Jan Afridi, pejabat senior kepolisian kota Hub Chowki, polisi yang menjadi korban sedang mengawal tim teknisi dari China yang sedang berjalan-jalan ke kota Karachi. Ketika ledakan terjadi, konvoi kendaraan mereka sedang melintas di tempat kejadian.

Menurut Kepala polisi Tariq Khosa, insiden itu disebabkan oleh serangan bom mobil. "Pelakunya mengendarai mobil Mazda dan meledakkan dirinya di dekat konvoi tersebut, " ujar Khosa.

Dua insiden berdarah itu, menambah panjang insiden serangan yang terjadi pasca tragedi Masjid Merah. Jumlah korban mencapai 50 orang dan kebanyakan dari kalangan aparat kepolisian Pakistan.

Sebelumnya, pada Selasa (17/7), sekitar 16 orang tewas dan 86 orang luka-luka akibat bom bunuh diri di tengah aksi unjuk rasa mendukung ketua Mahkamah Agung Pakistan yang dipecat oleh pemerintahan Presiden Musharraf.

Spekulasi bermunculan, bahwa serangan-serangan itu merupakan aksi balas dendam pada pemerintah yang telah mengeluarkan kebijakan menyerbu Masjid Lal atau Masjid Merah di Islamabad yang menyebabkan 102 orang tewas.

Pemerintah Pakistan sedang mempertimbangkan untuk memberlakukan kondisi darurat menyusul rangkaian aksi-aksi kekerasan yang terjadi, namun ditolak mentah-mentah oleh presiden Pakistan.

Seorang pejabat senior pemerintah dalam pertemuan dengan para editor surat kabar mengatakan, Presiden (Pervez Musharraf) ditanya apakah perlu diberlakukan situasi darurat karena makin banyaknya kekerasan, tapi presiden menjawab "tidak akan memberlakukan kondisi darurat. " Karena penetapan situasi darurat akan menimbulkan konsekuensi berupa penundaan pemilu yang akan digelar akhir tahun ini. Dan Musharraf berulangkali mengatakan bahwa pemilu harus dilaksanakan tepat waktu. (ln/aljz)