Syiah Mesir Tuntut Izin Miliki Rumah Ibadah dan Kuota di Parlemen

Syiah Mesir Tuntut Izin Miliki Rumah Ibadah dan Kuota di Parlemen

Minoritas Syiah Mesir menuntut adanya pengakuan resmi keberadaan mereka oleh negara, mendapat izin untuk membangun ruang ibadah serta adanya kuota tetap kursi di parlemen nasional, media lokal melaporkan Rabu kemarin (29/8).

Muhammad Ghoneim, kepala organisasi Syiah Mesir, telah meminta Presiden Muhammad Mursi serta lembaga Al-Azhar untuk mempertimbangkan tuntutan mereka, kata surat kabar Mesir al-Mesryoon.

Dalam wawancara, Ghoneim menekankan bahwa Syiah memiliki hak untuk mempraktikkan ritual ajaran mereka tanpa penganiayaan dan menyerukan pembentukan ruang ibadah “Husseiniyat” di mana mereka dapat berkumpul untuk meratapi kematian Hussein bin Ali, cucu Nabi Muhammad dan salah satu tokoh yang paling dihormati dalam agama Syiah.

“Ini akan menjadi langkah pertama menuju penerapkan prinsip-prinsip kewarganegaraan pada Syiah Mesir sehingga mereka akan merasa sama dengan seluruh warga Mesir,” katanya kepada surat kabar itu.

Ghoneim berpendapat bahwa Syiah merupakan kelompok agama ketiga terbesar di Mesir, setelah Sunni Muslim dan Koptik Ortodoks, dan itulah sebabnya mereka perlu keterwakilan yang adil di parlemen.

“Syiah harus diwakili dalam Majelis Rakyat, majelis rendah parlemen, dan Majelis Permusyawaratan, majelis tinggi parlemen, seperti halnya dengan Koptik sehingga mereka akan diintegrasikan dalam masyarakat dan tidak lagi diperlakukan sebagai buangan,” ujarnya.

Mengomentari kunjungan Presiden Mursi ke Iran, Ghoneim mengatakan kepada surat kabar itu bahwa tidak mungkin hubungan antara kedua negara akan segera pulih.

“Ada begitu banyak file yang tertunda, seperti keamanan Teluk. Ada juga kekhawatiran infiltrasi Syiah di Mesir, meskipun Iran meyakinkan Mesir tentang ini beberapa kali,” tegasnya.

Mursi, Ghoneim menambahkan, juga menghadapi banyak tekanan dari AS dan Israel untuk tidak menjalin hubungan dengan Iran.

“Kedua negara tidak ingin melihat normalisasi terjadi antara Mesir dan Iran,” pungkasnya.

Catatan: Mesir sendiri mayoritas penduduknya adalah muslim Sunni, sedangkan jumlah pengikut agama Syiah di Mesir jauh lebih sedikit dibanding Kristen Koptik, namun Syiah menuntut perlakuan yang lebih terhadap komunitas mereka. Bandingkan dengan Sunni di Iran, yang jumlahnya kedua terbanyak setelah pengikut Syiah sendiri, mengalahkan jumlah komunitas Yahudi di negara itu. Akan tetapi jumlah masjid Sunni di Iran jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah sinagog yahudi, dan konon muslim Sunni juga tidak mendapat peran di parlemen, justru yahudi ada perwakilannya di parlemen Iran. Tanya kenapa? (fq/aby)