Taliban Bebaskan Dua Sandera Perempuan, Nasib Sandera Lainnya Belum Jelas

Kelompok Taliban akhirnya membebaskan dua tawanan perempuan Korea Selatan. Pembebasan dilakukan lewat mediasi Komite Palang Merah Internasional.

Al-Jazeera melaporkan, situasi mengharukan mewarnai proses pembebasan dua tawanan tersebut. Kedua tawanan perempuan itu dibawa ke sebuah tempat yang sudah disepakati, di pinggir jalan utama di pedalaman provinsi Ghazni. Seorang laki-laki Afghanistan bernama Haji Zahir, kemudian menyerahkan kedua tawanan itu dan ikut masuk ke kendaraan petugas Komite Palang Merah Internasional.

Dua warga Korea Selatan yang ditawan Taliban sejak pertengahan bulan Juli kemarin, tak kuasa menahan tangisnya ketika melihat petugas Komite Palang Merah Internasional.

Keduanya kini berada di kantor delegasi Korea Selatan di Afghanistan dan dalam kondisi sehat saat dibebaskan. Namun mereka akan menjalani pemeriksaan kesehatan kembali, kemudian akan dipindahkan ke basis militer Korea Selatan di Bagram.

Juru bicara Taliban Qari Yousef Ahmadi mengatakan, dewan pimpinan Taliban yang di pimpin Muhammad Omar-lah yang memutuskan pembebasan itu. Pembebasan dua tawanan perempuan tersebut merupakan isyarat dari niat baik Taliban terhadap rakyat Korea dan para diplomat Korea Selatan yang telah bernegosiasi untuk membebaskan sandera.

Dalam negosiasi dengan empat pejabat pemerintah Korea Selatan pada hari Jumat dan Sabtu pekan kemarin, kelompok Taliban tetap menuntut pembebasan 21 para tahanan Afganistan. Jika tuntutan itu tidak dikabulkan, Taliban akan tetap menyandera sisa tawanan warga Korea Selatan.

Sandera Asal Jerman

Selain menyandera warga negara Korea Selatan, seorang warga negara Jerman yang mengaku bernama Rudolph Blechschmidt juga masih disandera kelompok Taliban.

Taliban menculik warga negara Jerman itu, sehari sebelum mereka menyandera 23 warga negara Korea Selatan. Sampai saat ini, sudah tiga minggu lebih Rudolph berada dalam tawanan kelompok Taliban.

Hari Senin kemarin, Rudolph mengatakan bahwa kondisi kesehatannya memburuk. Ia meminta pemerintah Jerman untuk membantu membebaskannya, karena para penculiknya mengancam akan membunuhnya.

"Saya tinggal bersama Taliban di gunung-gunung. Saya sakit dan dalam bahaya. Taliban mau membunuh saya, " kata Rudolph pada kantor berita AFP melalui sambungan telepon dalam wawancara yang sudah diatur oleh para penculiknya.

Menurut Rudolph, kelompok yang menculiknya ingin bicara langsung dengan pemerintah Afghanistan dan Jerman. Untuk itu ia meminta bantuan agar diatur kontak antara mereka dan Taliban.

Pemberitaan sejumlah media menyebutkan, Rudolph yang berusia 62 tahun, bersama seorang rekannya yang juga warga negara Jerman diculik sejak 18 Juli kemarin. Mereka bekerja sebagai teknisi di provinsi Wardak, dekat kota Kabul. Namun rekan Rudolph sudah dieksekusi oleh Taliban. (ln/aljz)