Tentara Inggris di Irak yang Alami Gangguan Mental Meningkat Tajam

Setiap bulannya lebih dari 60 tentara Inggris atau sekitar sepuluh persen dari total tentara Inggris di Irak mengalami gangguan mental.

Surat kabar Inggris The Independent edisi Kamis (15/6) melaporkan hal tersebut, mengutip pernyataan kantor kementerian pertahanan Inggris.

"Angka ini memilik dampak yang besar bagi kemampuan angkatan bersenjata untuk memperkuat dan mempertahankan moral para tentaranya," kata Phillip Dunne, salah seorang anggota parlemen mengomentari hal tersebut.

"Mereka, yang sangat saya sayangkan, adalah anggota dari pasukan teritorial yang dicerabut dari kehidupannya sehari-hari dan dikirim ke Irak, di mana mereka melakukan tugas yang tidak berharga dan diharapkan bisa menyesuaikan dirinya kembali ke kehidupannya semula," papar Dunne.

Kenyataan bahwa banyak tentara Inggris yang stres di Irak, terkuak lewat laporan menteri angkatan bersenjata Inggris Tom Watson pada anggota majelis perwakilan rendah pada Rabu (14/6) kemarin. Dalam jawaban tertulisnya pada Dunne, Watson mengungkapkan bahwa 727 tentara Inggris menderita gangguan psikis pada tahun 2005 sebagai dampak dari penugasan mereka ke Irak.

Angka tersebut meliputi 10 persen jumlah tentara Inggris di Irak, di mana setiap bulannya hampir 60 tentara yang mengalami gangguan psikis, atau sekitar dua tentara setiap harinya. Beberapa di antara mereka mengalami stres pascatrauma, sebagian lagi mengalami depresi, perasaan gelisah yang tinggi atau mengalami dampak dari konsumsi minuman keras dan obat-obatan, yang sering digunakan para tentara untuk memecahkan masalah mereka.

Dibandingkan dengan data resmi yang dikeluarkan empat bulan yang lalu, terjadi peningkatan yang cukup tajam jumlah tentara yang membutuhkan perawatan khusus karena masalah gangguan psikis. Data resmi empat bulan yang lalu menyebutkan, setelah penugasan pertama selama dua setengah tahun di Irak, sekitar 1.333 tentara atau rata-rata 40 tentara tiap bulannya membutuhkan perawatan.

Menteri Angkatan Bersenjata Inggris Tom Watson mengakui, kemungkinan masih banyak tentara yang mengalami masalah mental yang sebagian besar penyebabnya adalah perang di Irak.

"Untuk menentukan apa yang menjadi dasar penyebab masalah kesehatan mental mereka, bisa sangat sulit ditentukan, beberapa di antaranya bisa jadi disebabkan oleh kombinasi peristiwa-peristiwa lainnya yang terjadi sebelum atau sesudah penugasan mereka ke Irak," jelas Watson.

Bulan Mei lalu Watson mengatakan, pemulihan kesehatan mental anggota pasukan teritorial akan ‘ditingkatkan’ setelah mereka bertugas di Irak. Saat ini ada sekitar 70 mantan tentara yang pernah bertugas di Irak yang mengalami gangguan mental dan sedang dalam perawatan do Combat Stress Charity.

Perang di Irak, tidak hanya membuat tentara Inggris mengalami gangguan mental tapi banyak di antara mereka yang memilih keluar dari dinas kemiliteran atau disersi.. BBC pada Minggu (28/5) lalu mengungkapkan, sedikitnya ada 1.000 personil yang meninggalkan tugas tanpa izin dan tidak pernah kembali.

Selain tentara Inggris, tentara AS di Irak juga banyak yang menderita gangguan kejiwaan setelah beberapa waktu bertugas di medan perang. Sebuah studi yang baru-baru ini dilakukan mengungkap fakta bahwa pasukan AS yang baru pulang dari perang di Irak banyak yang melakukan konsultasi masalah kesehatan mental dan psikologis mereka, dan jumlah lebih besar dibandingkan tentara lainnya yang baru selesai bertugas di Afghanistan atau tempat lainnya.

Sepertiga tentara AS yang baru kembali dari Irak membutuhkan setidaknya satu kali konsultasi masalah kesehatan mental mereka dan satu dari lima tentara terdiagnosa mengalami gangguan psikis akibat perang. Selain itu, sekitar 400 dari 550.000 veteran perang Irak, pulang ke rumah dalam keadaan cacat fisik. (ln/iol)