Tragedi Berdarah di Najef, Pemerintah dan Kelompok di Irak Saling Tuding

Sepekan sudah militer pemerintah Irak dengan dukungan AS menggelar operasi militer di wilayah Najef, menyusul hari berdarah yang menewaskan 236 orang dan mengakibatkan 500 orang ditahan. Sampai saat ini, pihak pemerintah Irak belum dapat mengidentifikasi identitas para korban.

Sementara kabar-kabar yang beredar menyebutkan bahwa korban tewas itu dari kelompok Syiah Jundu as-Samaa (Tentara Langit). Kabar lain menyebutkan, korban itu dari Islam Sunni. Sumber lainnya lagi menyebutkan, korban itu dari kabilah Syiah Arab yang anti-pemerintah dan anti campur tangan Iran.

Seperti diketahui, pada 28 Januari lalu zona Az-Zarqa di Provinsi Najef, basis warga Syiah, terjadi bentrokan berdarah antara militer pemerintah Irak dengan dukungan pesawat tempur AS kontra milisi bersenjata tak dikenal. Tak lama setelah kejadian itu, pemerintah Irak menyebutkan, bahwa kelompok tak dikenal itu dari kelompok Syiah yang mendukung seseorang yang mereka klaim sebagai Imam Mahdi yang ditunggu-tunggu, serta mendapat sokongan dari jaringan Al-Qaidah dan para pendukung Saddam Hussein. Namun berita yang beredar, Al-Qaidah sendiri menganggap kelompok Syiah sebagai kelompok kafir dan tak mau berhubungan dengan mereka.

Terkait tragedi mengenaskan di Najef itu, seperti dilansir IslamOnline, juru bicara pemerintah Irak Ali Dibagh mengatakan, "Pertempuran itu berduel dengan kelompok Jundu As-Samaa, yaitu kelompok kepercayaan Syiah bersenjata, yang akan menyerang Raudah Haidiriyyah (Maqom Imam Ali) di Najef, yang menyebabkan tewasnya pemimpim kelompok tersebut, Ahmad Abu al-Hasan, yang diklaim sebagi orang yang turun dari langit. "

Keterangan jubir Pemerintah itu dibenarkan sejumlah saksi mata. Mereka menyebutkan, kelompok Jundu As-Samaa membagi-bagikan sebuah buku yang tak disebutkan penulisnya. Buku itu berjudul Qadhi as-Samaa (Pengadilan Langit). Namun kemudian, kelompok Moqtada as-Shadr menarik buku-buku itu dan merusaknya.

Masih menurut saksi mata, buku Qadhi as-Samaa itu terdiri dari 259 halamaan dan di sampul buku tampak seorang pria dengan sorban hitam sembari menengadahkan tangan. Penulis tanpa nama itu menyebutkan bahwa pria itu sebagai Imam Mahdi yang ditunggu-tunggu.

Sehari setelah jubir Pemerintah memberi keterangan, Gubernur Najef As’ad Abu Kalal mengatakan bahwa para korban itu dari Islam Sunni yang bersenjata, yang memiliki persenjataan yang modern di basis-basia mereka di Kufah Utara. Mereka itu terdiri dari orang Afghanistan dan elemen-elemen "teroris" yang tergabung dalam Jaringan Al-qaidah. Mereka tiba di Najef sebagai pelancong Syiah, dan bermarkas di perkebunan yang dibeli oleh para pendukung Saddam Hussein sejak tiga atau empat bulan sebelumnya.

"Mereka berniat menyerang sasaran tempat-tempat keagamaan penting di Najef dan rombongan Huseniyyah yang hendak menuju Karbala, " ujar Abu Kalal memberikan alasan.

Berbeda denga keterangan versi Gubernur dan Jubir Pemerintah, sejumlah kalangan menyebutkan bahwa para korban tewas itu dari kabilah Arab Syiah yang menolak kebijakan pemerintah dan campur tangan Iran di selatan Irak.

Dijelaskan lebih lanjut, kabilah Syiah itu bernama Kabilah AL-Hawatimah dan Alu Khaz’al, yakni dua kabilah yang kerap menjalin kontak secara intensif dengan Islam Sunni Irak.

"Kami sangat marah terhadap pembunuh itu. Tak diragukan lagi mereka itu dari Kelompok Badar (Syiah pemerintah). Lalu kami balas mereka. Ketika itu kami bersenjata karena situasi di jalan yang berbahaya. Lebih dari 20 orang tewas. Kami lari ketakutan menuju kabilah Alu Kahz’al, karena mereka itu koalisi kami dalam keadaan perang atau damai. Sejak itu dimulailah pembantaian dengan mendatangkan kekuatan militer pemerintah Irak dan pesawat AS, yang menyebabkan jatuhnya korban wanita, anak-anak dan pria dewasa, " papar Ali Abdullah al-Hatami, salah satu anggota Kabilah Al-Hawatimah.(ilyas/iol)