Kebijakan ‘Nol-Covid’ di China Justru Bikin Warganya Kebingungan

Namun, pengujian secara massal dan terus-menerus sulit untuk dipertahankan karena biaya yang meningkat dan kurangnya tenaga kerja di tengah lonjakan kasus COVID-19 nasional baru-baru ini, yang mencapai rekor tertinggi pada November, menurut sumber pemerintah China.

Langkah-langkah baru pelonggaran aturan COVID juga termasuk melarang pembatasan penjualan obat flu yang dijual bebas, di mana apotek di seluruh negeri diharuskan mempertahankan operasi rutin untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat.

Pada Kamis, barang-barang seperti obat batuk terjual habis di beberapa apotek dan pembelian secara daring memerlukan waktu satu bulan untuk pengiriman.

Pada konferensi pers, para pejabat kesehatan berjanji untuk segera menangani masalah persediaan obat-obatan guna meredakan kekhawatiran publik.

Sejak dimulainya protes anti-lockdown, termasuk adanya seruan agar Presiden Xi Jinping mundur, China semakin menyerukan tindakan anti-virus yang “dioptimalkan” dan menekankan bahwa virulensi varian Omicron melemah.

Langkah-langkah pembatasan yang berlarut-larut telah memperlambat pertumbuhan ekonomi China, dengan ekspansi 3,9 persen dari tahun sebelumnya yang tercatat pada periode Juli hingga September 2022. Beijing sebelumnya menetapkan target pertumbuhan ekonomi untuk 2022 sekitar 5,5 persen.

Menurut media pemerintah China, Perdana Menteri Li Keqiang mengatakan kepada Presiden Bank Dunia David Malpass dalam pertemuan mereka di Provinsi Anhui pada Kamis bahwa pertumbuhan ekonomi China akan terus meningkat mengikuti penerapan langkah-langkah pengoptimalan dan penyesuaian baru. (Suara)