Mengapa Materi Perang dalam Kurikulum Sejarah Itu Penting?

Tiar pun menyebut peristiwa Fathu Makkah atau pembebasan Makkah sebagai contoh. Sebelum Fathu Makkah, terjadi serangkaian peristiwa peperangan seperti perang Badar sughro dan kubro, perang Uhud, dan perang Khandaq atau perang Ahzab. Sehingga dalam Fathu Makkah, yang saat itu Rasulullah dan kaum muslimin bersiap menyerang Makkah, para penghuni Makkah tidak melawan.

“Fathu Makkah – pembebasan Makkah itu kan fragmen sejarah sangat penting dalam sejarah Rosul, itu kan terjadi perubahan, puncak kemenangan kan terjadi di situ. Ada perang-perang terdahulu. Tidak mungkin tidak diceritakan,” ujarnya.

“Jadi pemaknaan peristiwa itu jangan dihilangkan begitu saja,” imbuhnya.

Indonesia Sejarahnya Perang, Jangan Dihilangkan

Tiar juga mengingatkan agar semua pihak tidak lupa  bahwa salah satu cara Indonesia meraih kemenangan adalah dengan perang-perang yang dikomandoi para pahlawan. Karenanya, Indonesia memiliki sejarah berupa perang, dan tentunya harus disampaikan kepada anak cucu bangsa.

Ia mengungkapkan, dengan peperangan yang merupakan sejarah Indonesia, kita jadi bisa mengenal arti kemerdekaan.

“Perang kemerdekaan itu kan untuk mempertahankan proklamasi 17 Agustus, dan terjadi sampai tahunan, ada agresi militer pertama, kedua, dan itu dipertahankan dengan perang,” jelas Tiar.

“Kalau kita tidak mengajarkan fragmen tentang perang, lalu bagaimana kita memaknai pembelaan orang Indonesia terhadap kemerdekaannya,” lanjut Tiar.

Pemerintah Perlu Konsultasi dengan Sejarawan

Tiar pun meminta pemerintah tidak tergesa-gesa, dan ada baiknya berkonsultasi serta memanggil para sejarawan.

“Tidak (akan, red.) mengerti sejarah, ketika tidak menyampaikan perang. Menurut saya, harus diuji publik dulu, bicara dengan para sejarawan, terkait rencana seperti itu,” ujarnya.