Menyiapkan Bekal Terbaik

Satu episode akhir kehidupan yang sangat indah, ketika seorang ahli ibadah dan zuhud itu menghadap Tuhannya. Bukan hanya jiwa raganya yang siap bertemu dengan Kekasihnya (Allah) — sebagaimana tersimbol dari serangkaian pertanyaannya— tapi juga ia ingin menorehkan pesan agung untuk orang-orang yang dicintainya, sebagai bekal menuju kehidupan yang abadi.

Ketika orang-orang di sekelilingnya menangisi kepergiannya, sebaliknya si ahli ibadah justru tersenyum lantaran sudah memiliki bekal menuju akhirat. Sebuah syair Arab mungkin cocok melukiskan kematian ahli ibadah ini.
“Hai Ibnu Adam, ibumu sudah melahirkanmu. Kala itu, kamu menangis. Sementara orang-orang di sekitarmu tertawa penuh sukacita. Maka beramallah untuk dirimu, sehingga jika mereka menangis pada saat kematianmu, engkau justru tertawa penuh bahagia.”

Berkaca dari kisah di atas, kuncinya adalah kesadaran akan adanya kehidupan setelah kematian ini. Malik bin Dinar berkata, “Seandainya segenap makhluk tahu perihal apa yang bakal mereka hadapi esok hari (hidup sesudah mati), niscaya mereka tidak akan mencecap nikmatnya kehidupan selamanya.” (rol)