Anak DN Aidit Tanggapi Pernyataan Jenderal Gatot

Padahal, menurut dia, dengan mewajibkan menonton film tersebut hanya akan menanamkan kebodohan kepada generasi bangsa, perihal sejarah yang telah direkayasa orde baru.

“Tetapi, sebagian besar masyarakat saya yakin sudah jauh lebih pintar dan kritis,” ucap Ilham Aidit.

Muatan Politis

Ilham Aidit menilai pernyataan Gatot Nurmantyo yang belakangan mengungkapkan alasan dirinya dicopot dari jabatan Panglima TNI karena menginstruksikan prajuritnya untuk menonton film Pengkhianatan G30SPKI hanyalah omong kosong.

Sebab, menurut Ilham Aidit, semua orang pun telah mengetahui bahwa Gatot dicopot lantaran masa baktinya memang telah habis.

Di sisi lain, Ilham Aidit justru melihat bahwa pengungkapan Gatot tersebut sarat akan muatan politis.

“Seratus persen itu agenda politik, dia menjajakan pandangan politik dia, dan mudah juga dibaca di belakang itu siapa,” ucap Ilham Aidit.

Menurut Ilham Aidit, apa yang dilakukan oleh Gatot sebagai sosok yang memiliki ambisi untuk maju menjadi calon presiden tak lebih sebagai penjajakan diri untuk menggalang basis masa pendukung di Pilpres 2024.

Dia menyebut, apa yang dilakukan Gatot dengan berkoar-koar soal isu PKI ialah menduplikasi cara rezim orde baru dalam memuncaki kejayaannya.

Lebih lanjut, Ilham menjelaskan bahwa rezim orde baru pada masanya mampu berkuasa hingga puluhan tahun tidak lain dengan menggunakan narasi propaganda patriotisme dengan alih-alih menyelamatkan NKRI dan Pancasila dari PKI. Padahal, Ilham Aidit sendiri meragukan ihwal adannya kebangkitan PKI di era kekinian.

“Ini mereka mencoba menduplikasi kalau menurut saya, menduplikasi kejayaan itu (rezim orde baru). Walaupun itu saya bilang justru tidak strategis, karena semua orang sudah mulai pintar dan tahu bahwa soal PKI adalah pelaku kudeta penuh tanda tanya besar,” katanya.

“Kedua juga orang sudah melek bahwa kekisruhan yang selama ini muncul juga bukan karena ada neo-PKI, tapi lebih ke intoleran, radikalisme, dan sebagainya,” imbuh Ilham Aidit.

Ia berpendapat bahwa paham komunisme sendiri kekinian menurutnya tidak lagi mempunyai ruang di dunia. Meski, masih ada beberapa negara di Eropa yang menganut paham tersebut.

“Berbeda di tahun 50an, 60an dimana sepertiga dunia itu menganut komunisme, paham itu. Berbeda sekali, nggak ada ruang,” ujarnya.

Terlebih, Ilham Aidit mengemukakan bahwa Indonesia merupakan negara yang paling khawatir akan adanya partai komunis. Berbeda dengan negara-negara lain yang tidak begitu takut atau khawatir lantaran mereka meyakini bahwa partai komunis kekinian tidak lagi laku atau memiliki tempat.

“Tetapi di Indonesia, begitu ada niatan, begitu mereka mulai berkumpul untuk membuat partai (komunis) udah pasti lumat itu,” katanya menambahkan. (*)