Anda Katakan Penyiksaan Uighur itu Hoax, Anda Ikut Biadab Juga

Pak Inas Zubir perlu juga membaca laporan yang di muat suratkabar yang paling disegani di Amerika Serikat, yaitu The New York Times. Tentang program indoktinasi yang dilakukan oleh Presiden Xi Jinping untuk melemahkan identitas keislaman warga Uighur: https://www.nytimes.com/2018/12/16/world/asia/xinjiang-china-forced-labor-camps-uighurs.html?rref=collection%2Ftimestopic%2FUighurs%20(Chinese%20Ethnic%20Group)&action=click&contentCollection=timestopics&region=stream&module=stream_unit&version=latest&contentPlacement=1&pgtype=collection

Terus, INZ juga bisa simak artikel harian The Washington Post yang menyebutkan tentang kamp indoktrinasi di Xinjing: https://www.washingtonpost.com/opinions/global-opinions/we-cant-ignore-this-brutal-cleansing-in-china/2018/08/14/e0b7b0f0-9f19-11e8-83d2-70203b8d7b44_story.html?noredirect=on&utm_term=.abe1342dea21

Masihkah Anda berani mengatakan bahwa berita tentang penyiksaan warga Uighur itu hoax yang betujuan untuk menutupi kelemahan Prabowo? Bagi saya, orang yang sengaja menyembunyikan kebiadaban rezim komunis RRC terhadap warg Uighur juga pantas disebut biadab.

Banyak lagi berita, laporan detail dan artikel yang dimuat oleh koran-koran terkemuka di dunia mengenai penyiksaan warga muslim Uihgur. Tetapi, terlalu panjang nanti kalau saya cantumkan satu per sati di sini. Ini sekadar memberitahu INZ saja supaya beliau tidak lagi “asal sebut” tentang penyiksaan warga Uighur. Supaya dia tidak lagi tega melukai perasaan kaum muslimin Xinjing. Dan supaya INZ tidak lagi termakan propaganda RRC bahwa mereka tidak menyiksa warga Uighur.

Sulit memahami sikap Inas Zubir yang cenderung terlihat kurang informasi. Atau malah dia memang orang yang aslinya tidak memiliki modal yang mamadai untuk menjadi politisi. Herannya, INZ duduk sebagai ketua fraksi Hanura di DPR-RI.

Barangkali, ada benarnya juga perkiraan para pengamat politik dan beberapa lembaga survai bahwa Partai Hanura bakalan lenyap pada pileg 2019 nanti. Kenapa? Karena para kadernya tidak memiliki kapabilitas yang memadai semisal INZ. (kl/swamedium)

*Penulis: Asyari Usman, wartawan senior