Darah Bercecer di GPII, Aktivis: Halal Demi Oligarki?

Rupanya tindakan penganiayaan itu tak cukup para demonstran pun digelandang dibawa paksa, diantaranya kader GPII dan PII.

 Bukan hanya menyesalkan tapi ini jelas tindakan represif aparat terhadap hak menyatakan pendapat. Sungguh sudah sangat di luar keadaban, sungguh aparat itu tak beradab terhadap para Pelajar Islam Indonesia (PII) dan pemuda GPII.

 Apakah tak ada cara yang pantas lagi? Apakah cara- cara biadab itu bagi aparat itu biasa? Apa itu yang dipelajari selama pendidikan Kepolisian Negara Republik Indonesia? Membantai saudaranya sendiri.

 Bukankah sebelum jadi polisi kalian juga pelajar dulu? Pemuda dulu? Kini setelah kalian berseragam kalian musuhi saudara segenetika bangsa ini. Apa sudah tak ada lagi prikemanusiaan?

 Sedemikian bencinyakah kalian hanya markas kami tersebab menjadi tempat berlindung para demonstran yang terluka?

 Apa kalian fikir kami tega membiarkan saudara sendiri berdarah-darah dihantam selingsong gas airmata dan membiarkan mereka tergeletak dibawah Patung Tani atau di atas trotoar? Atau terinjak-injak sepatu kalian yang sibuk menangkap dan memukuli para demontrans itu?

 Ah kalian memang telah mati hati nurani, telah gelap hitam jiwa dan sanubarimu. Bukankah diantara kalian pun punya adik yang masih pelajar bahkan abang pemuda?

 Bagaimana rasanya jika adik kalian dihajar hingga babak belur bercecer darah. Kalian mau tertawa senang melihatnya? Atau tak peduli?

Di negara demokrasi kebebasan berpendapat diatur oleh undang-undang. Dalam hukum hak asasi manusis tidak boleh markas pemberi pertolongan diserang atau di rusak.

 Oh iya lupa jangankan cuma gedung markas, mesjid saja kalian hancurkan, mobil ambulance kalian isi batu dan pecahkan kacanya, sopirnya di culik.

Tindakan apa hal itu kalau bukan gaya PKI. Sungguh kami tak yakin jika pendidikan kalian diajarkan membantai saudara sendiri. Semestinya kalian mengayomi kami, sebab baju seragam dan uang makan kalian dibayarkan oleh karena pajak dari kami.

Jangan salah, perlakuan kalian adalah membakar perasaan jutaan mata yang melihat, jutaan telinga yang mendengar, Jutaan jantung rakyat kalian sayat, darah-darah kami telah kalian tumpahkan lihatlah esok akan turun ratusan juta rakyat menuntut keadilan.

 Dan sumpah kami, malaikat akan mencabut nyawa kalian dengan sangat menyakitkan dan kalian akan berteriak kesakitan disambut setan-setan durjana karena tindakan kalian yang durjana.

Tetes darah itu akan jadi cacatan seluruh rakyat, akan menjadi kemarahan semua umat. Setiap tetes darah yang telah klian tumpahkan akan meminta bayaran yang mahal.

Eneng Humaeroh, MA

PP GPII