Edhy Prabowo: Selama Setahun Jadi Anggota DPR, Bisa Kumpulkan Fulus Rp.5 Miliar

Kemudian kunjungan daerah pemilihan selama 6 kali setahun itu Rp 175 juta sekali kunjungan. Kemudian saya punya anggaran reses, ada anggaran kunjungan kerja, ada anggaran kunjungan kerja luar negeri yang itu bisa sampai 5 kali karena saya sebagai ketua komisi dan fraksi DPR. Ada uang-uang representasi MPR,” jelasnya.

Edhy Prabowo menyebut dirinya bahkan bisa mengumpulkan uang sekitar Rp 5 miliar per tahun selama menjabat anggota DPR.

“Saya bisa hitung setahun itu kalau pun kita mau uangkap globalkan itu setahun bisa mengumpulkan Rp 5 miliar. Tapi itu bukan hak pribadi saya makanya tidak saya pulangkan ke rumah, saya kelola ke Amiril” sambungnya.

Edhy turut menjelaskan punya penghasilan lain sebagai pengurus organisasi pencak silat. Dia mengaku sering mencari bantuan dana untuk penyelenggaraan kejuaraan.

“Saya beberapa kali mimpin ditunjuk jadi manajer tim pencak silat dalam event SEA Games saja sudah 3 kali, kejuaraan dunia dua kali, dan yang ketiga kali yang tuan rumah saya sebagai penyelenggara ditunjuk dihadiri Presiden Jokowi. Yang terakhir saya sebagai manajer yang paling prestisius yang saya sangat bangga sebagai manajer pencak silat Asian Games sebagai tuan rumah dan setiap event itu saya juga kan mengumpulkan uang minta bantuan karena anggaran dari negara juga sangat kecil,” ucapnya.

Edhy juga sempat mengungkit prestasi 14 medali emas di Asian Games 2018 lalu. Dia bahkan menyebut prestasi itu akan sulit kembali diulang meski Indonesia kembali menjadi tuan rumah.

“Di Asian Games bapak bisa lihat saya menyumbang 14 emas untuk Indonesia dan saya yakin kalau pun akan ada Asian Games lagi di Indonesia tidak akan mungkin lagi dapat 14 emas dari 16 nomor yang dipertandingkan, tidak sulap itu benar-benar asli,” ungkpanya.

“Dari semua kegiatan ini ada uang-uang sisa, dan uang itu pun kalau dibantu saya nggak pegang pak, saya pasti minta Amiril,” jelasnya.

Dalam sidang ini, yang duduk sebagai terdakwa adalah Edhy Prabowo. Edhy didakwa menerima suap dengan total nilai Rp 25,7 miliar dari pengusaha eksportir BBL atau benur. Penerimaan suap ini disebut jaksa dilakukan Edhy bersama stafsus, sekretaris pribadi, dan seorang swasta dari PT ACK.(dtk)