Filusuf: Yang Dukung Pilkada Tetap Digelar adalah “Covidiot” yang Diperbudak Syahwat Politik Praktis!

“NU, Muhammadiyah & KAMI masih punya akal sehat: ingin Pilkada ditunda hingga Covid terkendali. Siapa lagi yang masih punya akal sehat? Ayo ngacung. #TundaPilkadaSerentak #TundaPilkada #TundaPilkadaSerentak2020,” tulis Gde Siriana di akun @SirianaGde.

Pernyataan satire juga dilontarkan wartawan senior Farid Gaban. Di akun Twitter @faridgaban, Farid menyatakan: “NU dan Muhammadiyah itu ada-ada saja… minta Pilkada ditunda. Terus gimana dong anak dan menantu gue yang udah ngebet jadi walikota? Kalian nggak punya perasaan. Usul itu mbok, ya, yang solutip….”

@faridgaban menambahkan: “Satire cocok di tengah kekuasaan yang otoriter tapi absurd. Sepertinya kita sedang kembali ke sana.”

Di sisi lain, pendukung pilkada tetap digelar juga tidak sedikit. Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto, mendesak Pilkada Serentak 2020 harus tetap diselenggarakan pada 2020, meski di masa pandemi COVID-19 dengan angka positif yang semakin tinggi.

“Penundaan pilkada di tengah pandemi akan menciptakan ketidakpastian baru. Mengingat kepala daerah akan berakhir pada Februari,” kata Hasto seperti dikutip Tirto (20/09).

Filusuf Denis Malhotra geram dengan para pendukung Pilkada di tengah pandemi Covid 19. “Mereka yang mendukung pilkada tetap berlangsung di tengah pandemi bukan cuma tergolong covidiot, melainkan juga para bajingan yang terang-terangan sedang diperbudak oleh syahwat politik praktis,” tulis Denis di akun @denismalhotra.(itdy)