Gagal Jadi Guru Besar UI, Ade Armando Salahkan Kelompok Tarbiyah

“Kepastian ini saya ketahui dari hasil Rapat DGB 20 Mei 2019 dan penjelasan Ketua Komite Etik Prof. Adrianus Meliala, pada rapat di FISIP UI 31 Juli, pukul 16.00,” terang Ade.

Pada rapat 31 Juli 2019 itu, lanjut Ade, Adrianus Meliala menyatakan Komite Etik tidak dapat menerima dirinya sebagai Guru Besar karena DGB tidak setuju dengan cara dia berkomunikasi melalui media sosial.

DGB berpandangan tulisan-tulisan Ade menimbulkan kontroversi yang menjadi beban UI. Padahal Komite Etik menginginkan setiap guru besar dapat menjaga martabat almamater.

“Menurut Adrianus, pencalonan saya bermasalah karena ada masyarakat yang mengirimkan keberatan. Begitu juga, banyak pihak mengingatkan bahwa saya masih dalam status ‘tersangka’ dalam kasus tuduhan pencemaran agama (karena saya menyatakan “Tuhan Bukan Orang Arab’ di status FB dan twitter saya), dan diadukan oleh masyarakat ke polisi dalam tujuh kasus lainnya,” tambah Ade.

Anehnya, karena ditolak menjadi guru besar, Ade malah menyebut dirinya sebagai korban. Ia menyebut, dirinya sebagai korban gerakan Islamis Tarbiyah yang sangat menguat di UI.

“Mereka akan mempersulit karier mereka yang berani melawan gerakan tersebut. Saya duga, saya adalah korban politik Islamis Tarbiyah ini,” klaim Ade.

Sementara itu, Ketua Komite Etik, Andrianus Meliala, enggan memberi keterangan terkait pernyataan Ade Armando tersebut.

“Wah jangan tanya saya. Tanya rektor saja,” ujar Andrianus, Kamis (1/8/2019). [mc]