Ironi Airin Bangun Rumah Dinas Mewah saat Tetangganya Hidup di Gubuk Reyot

Pantauan di lokasi, rumah dinas itu didesain begitu kokoh. Tercatat sedikitnya ada 60 pekerja yang direkrut guna mengerjakan beberapa item, seperti pagar, bagian atap, dinding dan area lainnya. Antara satu ruangan dengan ruangan lain, dilengkapi pula fasilitas yang disesuaikan dengan kebutuhan rumah dinas.

“Semua desainnya tidak ada yang berubah, jadi sesuai DED (Detail Engineering Design) pada waktu awal perencanaan,” katanya.

Proyek mewah rumah dinas Wali Kota itu spontan menuai cibiran masyarakat. Sebagian membandingkan dengan kebanyakan rumah tak layak huni warga miskin di Kota Tangsel. Mereka bahkan ada yang telah sekian lama hidup di bawah bangunan reyot, kumuh dan kusam.

“Coba dibandingkan, kan sangat tak pantas, seolah tidak menunjukkan rasa empati jika untuk rumah dinas wali kota dibangun megah dengan anggaran besar. Di sisi lain, masih sangat banyak rumah warga yang kondisinya jauh dibawah kata layak huni. Pemimpin itu mesti berkaca pada kondisi rakyatnya,” ujar Julham Firdaus, tokoh muda di daerah Serpong.

“Ini jadi ironi, jangan sampai pemimpinnya tidur enak, makan enak, semua kebutuhan ada, fasilitas lengkap, sampai kolam renang dibuatin. Sementara rakyatnya, cari makan susah, atap rumahnya bocor, serba diteror kemiskinan. Belum pantaslah saat ini dibangun seperti itu,” imbuhnya.

Satu di antara rumah tak layak itu adalah milik nenek Nantin (65), letaknya berada di Kampung Buaran, RT03 RW07, Serpong, Tangsel. Di sana, dia hanya tinggal seorang diri. Manakala hujan datang, Nantin harus mengungsi ke rumah tetangga, lantaran curah air hujan tak mampu dibendung oleh atap rumahnya yang tak utuh dan rusak.

“Atapnya udah nggak ada, pada rusak, jadi pakai seadanya aja. Kalau hujan ya ngungsi ke tetangga dulu,” tuturnya.

Bangunan reyot rumah nenek Nantin hanya terbuat dari susunan batang bambu dengan sedikit tembok dinding. Banyak sisinya ditutupi terpal dan kain bekas. Kondisi memprihatinkan itu, mau tak mau harus dirasakan mengingat profesinya hanyalah sebatas tukang sapu jalan di Taman Kota 2, Taman Tekno, Serpong.

“Setiap hari nyapuin jalan di taman kota 2. Bayarannya Rp180 ribu perminggu,” ungkapnya. [kz]