Jangan Berkompromi Menenggelamkan Prosedur Pilpres

Penulis ini menilai dalam nada mencurigai politik –menjadi anggota Tweede Kamer (DPR Kerajaan Belanda)-   tidak sejalan dengan gelora politik “Indonesia harus merdeka” yang terus menanjak naik. Lebih jauh dinyatakan pada saat seorang nasionalis non kooperator masuk ke dalam suatu dewan pertuanan, pada saat itu ia melanggar azas yang disendikan pada keyakinan pertentangan kebutuhan antara kaum pertuanan dengan kaumnya sendiri. Pada saat itu, tulis artikel ini, ia tidak menjalankan politik rinsipil lagi.

Tidak Mau

Dibawah judul “Pertentangan Kebutuhan Sana dan Sini” pada majalah yang sama dan edisi yang sama pula penulis yang menggunakan nama Marhaen Indonesia mengawali artikelnya sebagai berikut: Sini berkata Indonesia merdeka secepat-cepatnya. Sana merengut: Indonesia tetap jadi tanah jajahan. Sini berkata Kita mau Merdeka, Mulia dan Raja. Sana berkata Kamu belum matang, masih bodoh harus tunggu sampai masak.

Untungnya Bung Karno, juga Bung Hatta sekadar sebagai ilustrasi memiliki argumentasi, yang membuat mereka tidak keranjingan kompromi dengan konolinalis Belanda. Keyakinan itu membawa dua orang hebat ini pada sikap menutup jendela yang memungkinkan semilir angin kompromistis melewatinya untuk pada saatnya bertengger menjadi sikap politik keduanya.

Terlepas dari sikap keduanya, dunia politik memiliki kemampuan menyediakan politisi kompromistis, politisi yang cekatan membaca arah angin, mengambil jarak sejauh mungkin dengan sebut saja tantangan, dan dengan cara khas politisi picisan mendekat dalam jarak yang mungkin dengan daya pukau politik; memetik buah manis kekuasaan.

Politisi picisan mampu mengudara dengan kata-kata yang terlihat  bijak, arif nan memukau. Lalu ilmuan demokrasi datang dengan argumen sebuah bangsa menjadi hebat, karena dimensi-dimensi kultural politik bangsa itu menyediakan kompromi, adaptasi dan kesediaan menerima dengan dada lapang dan fikiran terbuka semua proses yang congkak. Bangsa hebat, sebut ilmuan demokrasi adalah bangsa yang bisa dengan laju di atas rata-rata melupakan proses-proses busuk, buruk, bejat dan korup asal hasil oke buat mereka.