Jejak Islamophobia Rektor ITK Budi Santosa mulai terbongkar, ternyata anggota GAR ITB

Mengejutkannya, Syahganda mengatakan kalau ideologi Islamophobia ini bahkan sudah merasuk lebih dulu pada tubuh pemerintahan.

Hal itu pernah dibahas Syahganda dalam tulisannya berjudul “Cadar, Cingkrang, dan Kebangkitan Peradaban Islam” pada 2019. Ia membongkar tentang keikutsertaan negara, khususnya pemerintahan Jokowi, dalam semangat Islamophobia.

Saat itu, Menteri Agama dan Menteri PAN-RB mempersoalkan dan melarang pegawai mereka yang memakai cadar dan bercelana cingkrang.

Padahal, menurutnya, dengan jilbab-lah kaum muslimah bisa melindungi diri dari interaksi sosial yang melebihi batas. Contohnya, saat seorang perempuan bertemu lelaki bukan muhrim tanpa ditemani atau dilihat oleh orangtua/suaminya.

“Hal ini membentuk opini terstruktur dalam lingkungan kekuasaan bahwa Islam atau Islam dalam simbolistik budaya tertentu perlu disingkirkan. Dalam tulisan itu saya menjelaskan bahwa jilbab adalah sebuah simbol perlindungan perempuan dalam Islam,” jelasnya.

“Konsep ini selain melindungi dan mendorong emansipasi perempuan Indonesia, tentu juga memberikan proteksi pada keluarga, sebagai institusi sosial yang paling penting dalam masyarakat,” lanjutnya.

Syahganda pun sampai pada simpulan bahwa dipilihnya seorang petinggi akademisi yang ternyata memiliki ideologi Islamophobia itu telah menjadi bukti keberhasilan golongan anti-Islam memanfaatkan struktur negara dalam kepentingannya.(HOPS)