PPDB Ngawur: Jeritan Hati Ortu-Siswa di Jakarta, Pilihan Sekolah Pupus Gegara Usia

“Iya, dia jadi khawatir. Dia jadi resah. Dia akhirnya jadi nggak tenang di rumah karena dia pikir ‘apakah saya diterima di sekolah apa enggak?’,” kata Paulin saat dihubungi detikcom, Kamis (25/6/2020).

Paulin juga merasa khawatir anaknya yang berumur 15 tahun ini gagal masuk ke sekolah impian karena persyaratan usia. Dia berharap Pemprov DKI Jakarta menghapus persyaratan usia dalam PPDB tersebut.

“Ini (syarat usia di PPDB) sama sekali saya nggak setuju. Kalau boleh dihapuskan,” imbuhnya.

Paulin menegaskan anak-anak yang sudah berusia tua tapi ingin masuk ke jenjang selanjutnya lebih baik melalui jalur paket agar tidak menyulitkan anak yang berusia muda.

“Nggak usah mereka ini masuk lagi untuk bikin pusing ini generasi yang muda ini, karena mereka kan usianya sudah tua. Jadi lebih baik mereka (masuk) Kejar Paket A, B, C. Itu kan bisa juga. Mereka juga lewat Paket A, B, C ini mereka juga selesai itu kan mereka bisa kerja,” sambungnya.

Hal senada juga diungkap oleh orang tua siswa bernama Sufriadi (37) mengatakan anaknya yang berusia 12 tahun mencoba mendaftar ke SMPN 227 Jakarta dan SMPN 182 Jakarta. Dia mengatakan anaknya terpental oleh sistem karena persyaratan usia.

“Kalau saya tadi coba daftar di (SMPN) 227 (Jakarta) dan (SMPN) 182 (Jakarta). Saya coba lihat. Saya coba daftarkan dua dan terpental itu anak saya. Karena usia. Usia anak saya kan 12 tahun 5 bulan 4 hari. Jadi tergeser dengan usia yang lebih dewasa, lebih tua dibanding anak saya,” kata Sufriadi saat dihubungi pada Kamis (25/6/2020).

Lebih lanjut, Sufriadi mengatakan anaknya kerap mempertanyakan nasib masa depan sekolahnya. Namun, sebagai ayah, Sufriadi selalu memberikan semangat untuk anaknya.

“Iya terdampak dalam psikologisnya ya. Jadi terdampak jadi ‘kok temannya sudah masuk, kok dia belum masuk, gimana ya Pah?’. Saya tetap kasih optimisme ke anak saya,” tutur Sufriadi.(dtk)