Prihatin dengan Pernyataan Yaqut soal Kemenag-NU, Mustofa Nahra: Egoisme Golongan

Lantas, kata Yaqut, ada orang yang tidak setuju sebab menilai bahwa kementerian ini harus kementerian agama Islam karena kementerian agama itu adalah hadiah negara untuk umat Islam.

“Saya bantah, ‘bukan!’ Kementerian Agama itu hadiah negara untuk NU secara khusus, bukan untuk umat Islam secara umum, tapi spesifik untuk NU,” kata Menag Yaqut.

“Nah, jadi wajar kalau sekarang NU itu memanfaatkan banyak peluang yang ada di Kementerian Agama,” tambahnya.

Menag Yaqut menjelaskan bahwa Kemenag muncul atas dasar pencoretan 7 kata dalam Piagam Jakarta,yaitu “Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya.”

Menurut Yaqut, pihak yang mengusulkan menjadi juru damai itu ialah orang PBNU sehingga kemudian lahir Kementerian Agama.

“Nah wajar sekarang kalau kita minta Dirjen Pesantren kemudian kita banyak mengafirmasi pesantren. Dan santri  juga jam’iyah… saya kira wajar-wajar saja, wajar-wajar saja, tidak ada yang salah,” katan Yaqut, menyinggung usulannya agar dibentuk Direktorat Kepesantrenan di Kemenag.

Kemudian sejumlah orang dalam perdebatan itu, lanjut Yaqut, menyampaikan protes kenapa Kemenag juga mengafirmasi agama lainnya.

Ia lantas menjelaskan bahwa hal itu dilakukan sebab NU mempunyai jamaah yang besar.

Menurut Yaqut, pihak yang besar itu selalu cenderung melindungi yang lemah, yang kecil.

“Itu sifat NU, NU itu dimana-mana itu pengen melindungi yang kecil. Jadi kalau sekarang Kementerian Agama menjadi kementerian semua agama itu bukan menghilangkan ke-NU-annya tapi justru menegaskan ke-NU-annya,” ungkapnya. [terkini]