Ridwan Kamil Minta Karyawan Muslim Jangan Dipaksa Pakai Atribut Natal

RIDWAN-KAMIL1Eramuslim.com – Wali Kota Bandung Ridwal Kamil meminta pemilik toko untuk tidak mengharuskan karyawan yang beragama muslim untuk memakai atribut sinterklas.

Hal tersebut disampaikan Ridwan Kamil melalui akun Facebook miliknya, seperti dilihat detikcom, Selasa (13/12/2016). Kang Emil, demikian dia biasa disapa, juga menulis hal serupa di akun Twitter miliknya.

“Setiap keputusan selalu ada pro kontra. Namun sebelum salah paham membesar, keputusan sudah mempertimbangkan situasi sosio kultural yang ada. Nuhun,” tulis Ridwan Kamil sekitar pukul 15.00 WIB via akun Twitter miliknya.

Ridwan Kamil juga beberapa kali menanggapi komentar para netizen yang menautkan namanya di Twitter terkait permintaannya ini.

“Banyak karyawan yang komplain masuk ke saya karena merasa terpaksa. Sebelum ditunggangi hal-hal yang tidak semestinya, kami mengantisipasi. Nuhun,” tulis Ridwan Kamil lagi di jam yang berdekatan.

Saat ada netizen yang bertanya jika ada karyawan yang tidak keberatan dan bersedia menggunakan atribut sinterklas, Ridwan Kamil pun mempersilahkannya asalkan dapat menjelaskan alasannya.

“Jika muslim yang meminta silakan saja. Asal mampu menjelaskan. Nuhun,” balas Ridwan Kamil kepada netizen di Twitter.

Lebih rinci, Ridwan Kamil lalu memposting secara lengkap isi dari pernyataannya yang memastikan bahwa tidak ada paksaan bagi para karyawan untuk mengenakan atribut sinterklas saat bekerja. Pemkot Bandung telah mengirim surat kepada pemilik usaha agar tidak meminta karyawannya mengenaka atribut khas natal diluar keikhlasan.

Berikut pernyataan lengkap yang disampaikan Ridwan Kamil di akun Facebook-nya:

“Untuk menghindari salah paham, dan cukup banyaknya komplain dari karyawan-karyawan yang merasa terpaksa, Pemkot Bandung sudah berkirim surat kepada pemilik usaha/retail untuk tidak meminta karyawannya yang muslim mengenakan atribut sinterklas di penghujung tahun ini di luar keikhlasannya.

 

Setiap keputusan selalu ada pro dan kontra. Namun hal ini sudah mempertimbangkan kondisi sosio kultural yang ada.

Semoga hal ini bisa dipahami dengan baik sebelum salah paham membesar tidak pada tempatnya.

 

Damai selalu untuk kota Bandung tercinta ini. Mohon maaf sebelumnya. 

Hatur Nuhun.” (tk/dt)