Sinyal Kematian Mall dan Toko Ritel di Indonesia

 Eramuslim.com – Green Street Advisors telah mengeluarkan hasil survei terbaru mengenai kebiasaan belanja masyarakat dan keberadaan mal di Amerika Serikat. Hasilnya, mal di beberapa tempat menuju arah kematian karena ramainya belanja online yang mengikis penjualan di pusat perbelanjaan.

Menurut penelitian, hunian mal menurun untuk pertama kalinya sejak resesi ekonomi. Pertumbuhan sewa tempat di mal juga terus melambat belakangan ini.

Perusahaan riset real estate ini mengungkapkan, penjualan di mal diprediksi hanya akan tumbuh 1,2 persen antara 2016-2019. Angka ini jauh lebih rendah dari perkiraan awal yaitu 2,6 persen selama rentang waktu yang sama. Pertumbuhan 1,2 persen juga melambat dibanding tahun lalu yang mencapai 4 persen

Tak hanya penjualan, pertumbuhan sewa kios di mal juga diprediksi hanya akan meningkat 1,5 persen selama empat tahun hingga 2019 mendatang. Angka ini juga lebih rendah dari perkiraan awal yang mencapai 2,5 persen.

Menurut Green Street yang dikutip dari CNBC, faktor terbesar yang membebani mal adalah munculnya belanja online. Selain itu, melemahnya permintaan pengecer juga ikut mempengaruhi.

“Penjualan tenant rebound di 2015 setelah melambat beberapa tahun sebelumnya. Namun ini didorong oleh dampak banyaknya pengecer yang tidak produktif dan sudah bangkrut,” ucap analis senior, D.J. Busch.

Namun demikian, analis berpendapat, penutupan toko ini menggarisbawahi bahwa Amerika Serikat memiliki ruang ritel yang terlalu banyak. Misalnya, Sears Holdings baru menutup hampir 600 toko dalam waktu satu tahun. Perusahaan mengatakan awal bulan ini dia kembali menutup toko. Macy juga mempersiapkan diri untuk menutup 36 toko di seluruh AS dalam upaya meningkatkan bottom line-nya.

Bergesernya minat masyarakat ke belanja online tidak diragukan lagi ikut memainkan peran mempengaruhi keberadaan mal. Selain itu, perubahan demografi kota juga mempengaruhi minat orang ke mal. Misalnya, di suatu tempat atau industri tertentu melakukan PHK besar-besaran, maka masyarakat akan menjauh dari tempat tersebut dan mencari pekerjaan.

Kondisi di Amerika Serikat ini tak jauh berbeda dengan Indonesia.

Lonceng Kematian Mal dan Ritel di Indonesia

Industri ritel Indonesia juga tengah menghadapi situasi sulit. Hal ini tercermin dari pertumbuhan industri ritel pada Bulan Ramadan 2017 mengalami penurunan 40-50 persen dibanding pertumbuhan tahun lalu.