Soal Daftar Mubaligh, Sodik: Jika Masih Berproses Kenapa Dirilis

“Maka tidak perlu ada pembatasan dakwah oleh mubaligh. Bangsa Ini dididik dan dibina oleh banyak elemen termasuk oleh ulama dan mubaligh,” ujarnya.

Sodik menambahkan, karena timing yang tidak tepat, proses yang kurang cermat dan tergesa-gesa yakni baru 200 sudah diumumkan ke publik, Kemenag sebaiknya menghentikan peluncuran mubaligh yang mendapat rekomendasi.

“Sebaiknya disetop saja dulu, tidak usah dilanjutkan, dimatangkan dulu sistem dan kriteria yang jelas dengan sosialisasi yang jelas. Program sertifikasi mubaligh bisa dilanjut tapi dengan sistem kriteria yang jelas. Misinya standarisasi mutu,” ungkapya.

Kemenag merekomendasikan 200 mubaligh yang bisa menjadi rujukan di bulan Ramadhan ini. Dalam daftar yang dirilis oleh Kemenag lewat lamannya, kemenag.go.id, tercantum nama dan pendidikan akhir yang ditempuh para penceramah. Diterangkan pula kompetensi penguasaan bahasa para mubaligh yang sebagian besar menguasai bahasa Inggris dan bahasa Arab.

Dari 200 nama mubaligh itu, ada nama-nama yang sering kita lihat muncul di layar televisi seperti Abdullah Gymnastiar, Alwi Shihab, dan Didin Hafidhuddin. Ustaz yang selama ini aktif di media sosial, seperti Ahmad Musthofa Bisri pun masuk dalam daftar rekomendasi Kemenag.

Baca juga: Kemenag Rekomendasikan 200 Mubalig di Bulan Ramadhan

Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, daftar rekomendasi mubaligh yang dikeluarkan Kementerian Agama (Kemenag) untuk menjawab semua pertanyaan dari masyarakat. Ia mengatakan banyak yang menanyakan kepada Kemenag terkait mubaligh yang dapat berceramah, baik di mushola, masjid dan tempat pengajian lainnya.

Lukman mengatakan karena banyaknya permintaan dan pertanyaan dari masyarakat, Kemenag meminta masukan kepada sejumlah ormas Islam, tokoh umat, dan ulama. Termasuk masjid-masjid besar yang ada di Indonesia lalu kemudian kami mendapatkan nama-nama itu,” ujarnya dalam keterangan tulis yang diterima Republika, Jakarta, Ahad (20/5).[republikaol]