Survey: Pendukung Prabowo Banyak Yang Tidak Percaya Vaksin

Dengan asumsi metode simple random sampling, ukuran sampel 1.200 responden memiliki toleransi kesalahan (margin of error–MoE) sekitar ±2.9% pada tingkat kepercayaan 95%. Sampel berasal dari seluruh provinsi yang terdistribusi secara proporsional. Survey dilakukan nasional 1-3 Februari 2021.

Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengatakan total sebanyak 54,9 persen warga bersedia divaksin, 41 persen warga tidak atau kurang bersedia divaksin. Rinciannya sebanyak 15,8 persen menyatakan sangat bersedia, 39,1 persen menyatakan cukup bersedia, 32,1 persen menyatakan kurang bersedia, 8,9 persen menyatakan sangat tidak bersedia, 4,2 persen tidak jawab atau tidak tahu.

Burhanuddin mengatakan kebanyakan pendukung Prabowo-Sandi tidak bersedia di vaksin karena efek samping belum ditemukan sebanyak 52,8 persen, sedangkan pendukung Jokowi-Ma’ruf sebesar 56,4 persen. Sementara pendukung Prabowo-Sandi yang menolak vaksin karena menilai vaksin itu tidak efektif sebesar 28,1 persen, sedangkan pendukung Jokowi-Ma’ruf sebesar 22,9 persen.

“Basis Pilpres, nah ini, jadi ternyata pendukung pak Prabowo-Sandi di 2019 itu cenderung tidak percaya vaksin/efektivitas vaksin (39,7 persen) ketimbang pendukung pak Jokowi (24,8),” kata Burhanuddin, dalam YouTube Indikator Politik Indonesia, Minggu (21/2/2021).

Sementara itu pendukung Prabowo-Sandi yang percaya efektivitas vaksin dalam mencegah tertular COVID-19 sebesar 45,4 persen, sedangkan pendukung Jokowi-Ma’ruf 59,5 persen. Burhanuddin menyarankan agar sosialisasi vaksinasi melibatkan tokoh agama maupun tokoh seperti Prabowo Subianto agar banyak yang mau divaksin.

“Nah ini saran saya kepada pemerintah, yang divaksin yang di-blow up jangan hanya presiden Jokowi, mas Ganjar, tapi juga pak Prabowo dan mas Sandi vaksin ramai-ramai, misalnya mas Anies, siapa lagi lah,” ujarnya.

Dengan demikian, ia menilai tantangan vaksinasi bukan hanya semata-mata problem teknis kesehatan. Akan tapi juga problem politik dan psikologi.

“Pilihan Pilpres, orang yang memilih pak Jokowi cenderung bersedia ketimbang yang memilih pak Prabowo di 2019 dalam melakukan vaksin,” ujarnya.(dtk)