Ternyata Cuma Pasien Covid-19 yang Ditangguhkan Bayar Cicilan

Padahal kata dia, saat melakukan penagihan mereka memintanya baik-baik, hanya saja sebagian debitur kadang menunjukan sikap yang kurang hormat atau menganggap remeh penagih hutang, Hal ini menyulut emosi.

“Kalau sudah ngutang kewajibannya bayar, cuma kadang kita sudah kasih kelonggaran tapi tidak ada niat buat bayar. Malah kabur dan main kucing-kucingan itu yang bahaya. Sekali ketemu langsung ambil saja mobilnya,”ucapnya.

Menyadari pekerjaan ini penuh resiko, Jon bisanya mengerahkan lebih dari tiga orang saat hendak melakukan penyitaan kendaraan. Dia sudah bisa menebak situasi di lapangan saat melakukan “perampasan”

“Biasanya ribut itu, pasti enggak terima kalau mobilnya disita. Makanya sekali turun lima orang. Tapi kalau ambil tagihan bulanan paling banyak dua orang tapi banyak yang sering datang sendiri juga,” ucapnya.

Florentinus, salah satu Debt Collector yang bekerja dibawah asuhan Jon mengaku dirinya masih tetap aktif melakukan penagihan di tengah isu Penangguhan Cicilan kredit ini.

Mahasiswa semester akhir itu tiga orang lainnya dipercayakan memegang kawasan Jakarta Selatan. Mereka ditarget melakukan penagihan di enam titik berbeda dalam sehari.

“Ada targetnya. Sehari enam enam titik. Nominal bayarannya pasti beda setiap titik, ada yang cicilannya dua juta perbulan tapi banyak juga yang lebih 5 juta perbulan,” ucapnya.

Meski menekuni profesi yang penuh resiko namun hal yang membuat Florentinus getol melakukan penagihan adalah imbalan yang diterimanya setiap bulan.

Selain mendapatkan gaji pokok sekitar Rp3 juta, upah tambahan berupa bonus juga lumayan menggiurkan.

Setiap kali ada pembayaran Cicilan dari debitur, satu persennya menjadi milik collector, dengan begitu satu Debt Collector minimal mengantongi 7 sampai 8 juta perbulan dari seluruh total pendapatan.

“Kisarannya  segitu, tapi mereka yang dapat tagihan kendaran mewah itu bisa belasan juta,” tandasnya.[end]