Utang Jatuh Tempo Di 2019 Rp 409 T, Sri Mulyani: Agak Berat

Sri Mulyani menyatakan penurunan defisit dan keseimbangan primer tersebut menunjukkan bahwa fiskal dikelola secara hati-hati dan bertanggung jawab serta sustainable. Kahwa kondisi utang negara saat ini dengan outstanding Rp 4.253,02 triliun masih pada level aman, yakni 29,74 persen terhadap PDB.

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman mengatakan bahwa realisasi pembiayaan yang dilakukan pemerintah hingga akhir Juli 2018 mencapai Rp 206,6 triliun. Sebagian besar di antaranya berasal dari pembiayaan utang sebesar Rp 205,57 triliun, atau mencapai 51,5 persen dari APBN 2018 sebesar Rp 399,22 triliun.

Realisasi pembiayaan utang tersebut terdiri dari penerbitan SBN (neto) sebesar Rp221,94 triliun atau mencapai 53,5 persen dari target APBN 2018. Selain itu ada juga pinjaman (neto) sebesar negatif Rp 16,37 triliun atau sekitar 107 persen dari yang direncanakan.

Luky menjelaskan realisasi pembiayaan yang cukup besar tersebut mencerminkan diterapkannya strategi front loading oleh pemerintah yang tetap terjaga. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi ketidakpastian dinamika perkembangan global dan terwujudnya pembiayaan yang lebih efisien.

Pemerintah juga optimistis keberlanjutan fiskal di tahun 2018 tetap terjaga karena realisasi defisit APBN hingga akhir Juli 2018 mencapai Rp 151,30 triliun atau sekitar 1,02 persen terhadap PDB. Realisasi defisit tersebut lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, baik secara nominal maupun persentase terhadap PDB.

Sementara itu kondisi keseimbangan primer per akhir Juli 2018 yang berada pada defisit Rp 4,85 triliun juga lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun 2017 sebesar defisit Rp 79,15 triliun. “Stok utang kita sampai saat ini, per akhir Juli 2018 mencapai Rp 4.253 triliun atau dibandingkan PDB sekitar 29,74,” ujar Luky.

Rasio utang tersebut, menurut Luky, masih lebih rendah dibandingkan posisi bulan sebelumnya yang sebesar 29,9 persen. Kementerian Keuangan berharap sampai akhir tahun 2018 akan terus melandai. “Dan akan di bawah kisaran 29,8 persen, termasuk rendah,” katanya. [tempo]