Asyari Usman: Yang Keliru Itu Anda, Menyangka TGB Bukan Aktor Politik

Tidak juga salah kalau TGB berharap bisa digandeng oleh Pak Jokowi sebagai cawapres. Yang salah adalah Anda. Anda mengharapkan agar TGB melangkah seperti jalan pikiran Anda. Anda berpendapat bahwa negara ini berada dalam situasi dan kondisi yang sangat menyedihkan. Menurut Anda, negara ini menghadapi bahaya besar. Sehingga perlu ada pergantian presiden pada 2019. Tapi TGB tidak melihatnya seperti itu.

TGB tidak berada di posisi Anda yang menilai negara ini sedang mengalami masalah serius. Beliau berdiri di tempat Pak Jokowi berdiri. TGB melihat Indonesia sebagaimana Pak Jokowi menilai Indonesia. Sedangkan Anda berdiri di tempat Pak Prabowo menatap Indonesia.

Anda pendukung Pabowo. TGB pendukung Jokowi.

Tapi, dulu ‘kan TGB itu pendukung Prabowo. Betul! Sekarang ‘kan beliau telah menyeberang ke Jokowi.

Kok bisa? Nah, tadi saya katakan bahwa TGB itu telah berubah menjadi seorang politisi sejati. Beliau sudah menjadi aktor politik berkelas berkat kerja keras beliau selama 10 tahun menjadi gubernur NTB.

Aktor politik adalah pemain politik. Pemain politik itu adalah orang yang bermain-main dengan lika-liku politik. Orang yang bermain-main dengan politik, ya seperti TGB itu.

Dan, harap diingat, salah satu ilmu berpolitik yang paling banyak diajarkan di Indonesia adalah “lompat indah”. Lompat dari satu kubu ke kubu lain dengan cantik. Berbeda dengan “loncat indah” di cabang olahraga renang.

Loncat indah di cabang renang mengharuskan atletnya fokus ke satu titik sasaran di kolam renang supaya dapat nilai bagus. Sedangkan “lompat indah” di olahraga politik mengharuskan “atlet”-nya (aktornya) tidak fokus di satu tempat (kubu) saja.

Para aktor politik harus mampu mengincar peluang di banyak tempat. Cekatan mencari peluang, cekatan lompat ke segala arah. Dalam bahasa Inggris, peluang itu adalah “opportunity”. Orang yang mengincar peluang disebut “opportunist” (oportunis).

Semoga tulisan ini semakin membingungkan Anda dalam memahami TGB. Sebelum Anda beranjak, saya bingkiskan seuntai pantun Melayu di bawah ini.

Lain kain Jangan Membatik,

Sekolah Anak dekat Pelabuhan,

Main-main dengan Politik,

Setelah Enak lupa Haluan.

*Penulis adalah wartawan senior.[swa]