BISNIS NFT = BISNIS MONYET?

Para penduduk pun makin semangat menangkapi monyet dan menjualnya.

Namun karena jumlah monyet sangat terbatas, akhirnya “stok” pun habis. Seluruh monyet di hutan liar telah habis terjual.

Para penduduk jadi bingung, terutama karena si pedagang kaya menginformasikan bahwa harga monyet saat ini adalah Rp 5 juta perekor.

“Silahkan kalian cari monyet ke desa lain. Kan lumayan, harganya kini 5 juta,” ujar si pedagang.

“Oh ya,” lanjutnya, “Saya besok mau pergi ke luar kota. Nanti kalau saya balik, semoga sudah ada monyet yang bisa saya beli dari kalian. Rp 5 juta perekor.”

Lalu si pedagang pun pergi. Setelah itu, seorang asistennya mendatangi para penduduk dan berkata, “Saya punya banyak stok monyet nih. Coba kalian beli. Harganya Rp 3 juta perekor. Nanti kalau bos saya balik ke sini, kalian jual 5 juta. Kan lumayan, untung 2 juta perekor.”

Para penduduk sangat tergiur mendengar ucapan itu. Mereka pun ramai-ramai membeli monyet dari si asisten.

Yang punya uang tentu bisa langsung membelinya. Yang tidak punya uang, mereka terpaksa jual tanah, jual kendaraan, bahkan jual rumah, agar bisa membeli monyet-monyet tersebut.

Dalam waktu singkat, monyet-monyet tersebut pun ludes terjual.

Setelah itu, si asisten pergi, tak pernah kembali lagi. Si pedagang kaya pun tidak pernah muncul lagi di desa tersebut.

Maka para penduduk pun NANGIS DARAH. Sebab mereka kini memiliki banyak “stok” monyet, tapi tidak jelas apa manfaatnya. Mau dijual pun, tidak ada yang beli

Monyet kembali menjadi hewan yang tidak ada harganya, sama seperti sediakala.