Di Ambang Intifada Ketiga

Akhirnya dalam KTT Sharm el-Sheik (Februari 2005) antara PM Ariel Sharon dan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas, menyepakati untuk mengakhiri segala bentuk kekerasan dan menegaskan kembali komitmen ke Peta Jalan Damai. Meskipun, hingga sekarang tidak ada hasilnya.

Babak Baru

Bibit konflik yang terjadi sekarang ini sudah ditebar sebulan lalu, di Jerusalem. Ketika bulan Ramadhan mulai, otoritas Israel memblokir Gerbang Damaskus, akses ke Temple Mount (orang Yahudi) atau Haram esh-Sharif (Muslim), Kota Lama Jerusalem. Hanya diizinkan 10.000 jemaah yang boleh masuk ke sana.

Di tempat seluas 144.000 itu, berdiri Jami’ Al-Aqsha (bangunan berkubah biru) dan Qubbat As-Sakhrah atau Dome of the Rock atau Kubah Shakhrah (bangunan berkubah emas) dan berbagai situs lainnya. Orang sering pula menyebut Haram esh-Sharif sebagai Komplek Masjid Al Aqsa.

Kompleks tersebut diyakini berada di bagian timur Gunung Moria, tempat di mana Abraham (Yahudi, Kristen) atau Ibrahim (Islam) mengorbankan anaknya, Iskak (Yahudi, Kristen) atau Ismail (Islam). Itu berarti kompleks tersebut diyakini sebagai tempat suci bagi Yahudi dan Muslim.

Tindakan aparat keamanan memblokade dan menerapkan pembatasan, memancing terjadinya bentrokan antara warga Palestina dan polisi. Saat itu, terjadi suatu insiden yang menyebabkan eskalasi yang melibatkan pasukan keamanan Israel. Mereka menembakkan peluru karet, gas air mata, dan granat setrum pada jamaah yang berkumpul di masjid Al-Aqsa.

Penyebab lainnya adalah ancaman penggusuran keluarga Palestina dari Distrik Sheikh Jarrah, di pinggiran Jerusalem. Kelompok pemukim Yahudi telah mengajukan klaim mereka atas tanah dan properti di lingkungan Palestina, yang berbasis di Jerusalem Timur, ke Mahkamah Agung Israel.

Situasi semakin memanas dengan adanya pawai ribuan kaum ultra-nasionalis Israel pada 6 Mei, 2021. Pawai itu untuk merayakan “Hari Jerusalem,” yang menandai direbutnya Jerusalem Timur dari tangan Yordania pada Perang Enam Hari (1967).

Hamas yang menyatakan ingin mempertahankan Jerusalem segera melancarkan serangan roket ke wilayah Israel. Dan, pecahlah konflik baru antara Israel dan Palestina (Hamas). Sejak Senin(10-5-2021) hingga Jumat (14-5-2021), menurut Deutsche Welle (DW), lebih dari seribu roket ditembakkan dari Gaza ke wilayah Israel.

Sebagai jawabannya, Angkatan Udara Israel mengebomi wilayah Gaza. Akibatnya, Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, paling kurang 119 orang Palestina tewas, termasuk perempuan dan anak-anak. Sebaliknya, Israel “hanya” kehilangan sembilan warganya.

Kata PM Israel Benjamin Netanyahu: “Mereka menyerang ibukota kami, mereka meroket kota-kota kita. Mereka harus membayar tindakan itu dan akan terus membayarnya”. Ancaman, Netanyahu itu tidak menggentarkan orang-orang Palestina. Sekalipun dari pengalaman yang sudah-sudah mereka selalu menanggung derita.