Di Ambang Intifada Ketiga

Awalnya, serangan Intifada itu kasar dan berteknologi rendah – lemparan batu, pembakaran ban, dan blokade jalan. Namun kemudian, bom molotov, granat tangan, dan bahan peledak ikut campur. Menjelang akhir Intifada Pertama, pembom bunuh diri digunakan. Orang-orang Palestina juga mendorong penggunaan anak-anak sebagai tameng manusia, untuk melindungi para pejuang mereka dari tembakan Israel. (eipa.eu.com).

Adalah pemimpin PLO masa itu, Yasser Arafat yang pertama kali menggunakan kata Intifada, yang berarti menggigil, demam menggigil. Secara umum juga diartikan sebagai perlawanan. Istilah itu mulai digunakan setelah terjadi perlawanan penghuni Kamp Pengungsi Jabelia (Jabalya), di Jalur Gaza, pada tanggal 9 Desember 1987.

Pada hari itu, sebagian besar penghuni kamp pengungsi tidak mau bekerja. Mereka malah turun ke jalan. Demonstrasi. Membakar ban, melemparkan batu dan bom Molotov ke arah polisi dan tentara Israel. Aksi itu dilakukan sebagai reaksi terhadap kecelakaan sehari sebelumnya di Gaza. Ketika itu, sebuah truk menabrak mobil bak terbuka yang dikemudikan orang Palestina. Empat orang tewas; 10 orang luka-luka.

Setelah tabrakan itu, muncul desas-desus bahwa tabrakan disengaja oleh Israel, sebagai balasan atas tewasnya Shlomo Sekel, orang Israel. Ia tewas dua hari sebelumnya ditikam seseorang di sebuah pasar di Gaza. Itulah yang menjadi pemicu pecahnya Intifada Pertama.

Di Jabalya, sebuah mobil patroli tentara Israel menembaki orang-orang Palestina yang demonstrasi. Akibat tembakan itu, seorang anak usia 17 tahun tewas dan 16 orang lainnya luka-luka. Keesokan harinya, pasukan terjun payung Israel dikirim ke Gaza untuk memadamkan kekerasan, dan kerusuhan menyebar ke Tepi Barat yang diduduki Israel (www.history.com).

Melihat itu, Yasser Arafat menyatakan bahwa yang terjadi hanya “kejang” karena demam yang menggigil (Intifada), yang akan berlangsung selama beberapa hari. Ternyata, Arafat salah. Pergolakan berkelanjutan.

Dalam dua tahun pertama Intifadah ada 60.243 aksi (rata-rata 110 hari); pelemparan 2.071 bom molotov. Lebih dari 50.000 orang Palestina ditangkap dan ditahan.

Menurut siaran Televisi BBC, 700 orang Palestina hingga September 1990, dibunuh (Panorama, 10 September 1990). Menurut laporan B’Tselem (organisasi non-pemerintah pembela hak-hak asasi manusia), Desember 1989, 593 orang Palestina dibunuh, 131 korban di antaranya berusia di bawah 16 tahun; 37.439 orang dilukai; 58 orang dideportasi (37 di Tepi Barat dan 21 di Gaza); 381 rumah dihancurkan.

Berdasarkan catatan B’Tselem, Intifada Pertama merenggut total 1.489 nyawa Palestina dan 185 nyawa Israel. Dari warga Palestina, 1.376 dibunuh oleh militer Israel, sedangkan 113 dibunuh oleh warga sipil Israel. Jumlah ini termasuk total 304 warga Palestina berusia di bawah 18 tahun. Di antara korban Israel, 94 adalah warga sipil yang dibunuh oleh warga Palestina, sementara 91 adalah tentara yang tewas dalam pertempuran.

Intifada Pertama secara resmi diakhiri dengan penandatanganan Deklarasi Prinsip (Oslo) pada 13 September 1993.

Tetapi, tujuh tahun kemudian pecah Intifada Kedua. Intifada Kedua, dipicu oleh kunjungan pemimpin Partai Likud berhaluan kanan, Ariel Sharon ke Temple Mount atau Haram esh-Sharif atau ada yang menyebut Kompleks Masjid Al Aqsa, 28 September 2000. Ia dikawal 1000 polisi dan tentara.

Menurut Pusat Hak-hak Asasi Manusia Palestina, di akhir Intifada Kedua, 2005, tercatat 4.973 penduduk sipil Palestina dibunuh. Di antara mereka, 1.262 anak-anak, 274 perempuan, dan 32 tenaga medis yang berusaha menolong warga sipil terluka.

Sebuah organisasi non-profit yang mendedikasikan kegiatan mereka untuk melindungi hak anak-anak yang berpusat di Swiss, “Defence for Children International”, lebih dari 10.000 anak terluka selama lima tahun kerusuhan, Intifada Kedua. Ribuan rumah dihancurkan.

Sebaliknya, penggunaan bom bunuh diri oleh Palestina, meningkat. Sampai September 2005, lebih dari 1.000 orang Israel tewas dan ribuan lainnya terluka karena serangan bom bunuh diri. Tetapi, selama periode yang sama, lebih dari 2.000 orang Palestina tewas.