Halo Sinuhun, Listrik Negara dan PLN Bangkrut Dibajak Oligarki

Siapa lagi yang juga untung dan tak pernah rugi? Mereka adalah penjual listrik swasta yang wajib dibeli listriknya oleh PLN dengan skema Take or Pay (TOP). Luar biasa Top keuntungan oligarki yang menjadi mitra bisnis PLN ini.

Siapa mereka?

Transparency International (TI) Indonesia menyatakan ada 40 dari 90 perusahaan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di dalam negeri yang memiliki direksi dan komisaris dengan kepentingan politik (politically exposed persons/PEPs).

Dari temuan ini, TI Indonesia menyatakan skor Corporate Political Engagement Index (CPEI) dari 90 perusahaan tersebut adalah 0,9 dari 10. (CNN Indonesia | Kamis, 15/04/2021).

Hasil survei ini sekali lagi membuktikan listrik dan PLN dibajak oligarki.

Bagaimana PLN menutup kekurangan biaya? Tidak ada jalan lain kecuali berutang dan berutang. Akibatnya utang perusahaan menumpuk dari waktu ke waktu.

Utang kepada bank nasional, kepada lembaga keuangan interasional, dan kepada pasar komersial. Utang dan utang tanpa perhitungan yang baik apakah ini bisa dibayar atau tidak.

Bayangkan, utang PLN sangat besar. Tidak terbayangkan bagaimana perusahaan ini akan dapat membayar utang segunung. Boleh ya bilang utang segunung, karena memang faktanya demikian.

Dalam laporan keuangan semester pertama tahun 2020 terganbar utang PLN telah mencapai Rp 684,64 triliun lebih. Terdiri dari liabilitas jangka panjang sebesar Rp 528.12 triliun lebih dan liabilitas jangka pendek Rp 156.52 triliun lebih.

Didalam liability yang besar tersebut terdapat utang kepada bank yang mencapai Rp 187,39 triliun lebih dan sebagian besar dalam mata uang asing yakni mencapai Rp 109,57 triliun lebih.

Perusahaan listrik negara dengan utang sangat besar ini tersandera kewajiban membayar bunga sangat besar. Pada periode Januari-Juni pembayaran bunga mencapai Rp 38,25 triliun lebih, meningkat Rp 10,11 triliun lebih dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Ini adalah tingkat bunga yang sangat besar, setara dengan empat kali beban kepegawaian. Yakni seluruh gaji, tunjangan, insentif, imbalan dan lain lain yang berkaitan dengan biaya kepegawaian.

Dengan kondisi di atas maka PLN sebetulnya sudah bangkrut. Jika melihat komposisi beban keuangan, maka kebangkrutan PLN akibat Bandar energy fosil dan Bandar utang.

Ini sunggguh akan mempermalukan Sinuhun yang akan menjadi salah satu pimpinan dalam konferensi iklim COP 26 akhir tahun ini. Sementara perusahaan andalan Sinuhun ludes dilahap Bandar batubara dan Bandar pembangkit PLTU.

Mudah mudahan ada jalan keluar. []

Penulis: Salamuddin Daeng