Hersubeno Arief: Formasi Tempur Jokowi

Jika skenario ini yang berjalan, bakal terjadi “perang bintang,” yang seru. Kekuatan mereka boleh dibilang cukup seimbang.

Bertambahnya menteri Golkar di kabinet juga bisa dilihat dalam konteks skenario ketiga ini. Seperti telah disebut sebelumnya Jokowi sangat membutuhkan Golkar sebagai tulang punggung _(backbone)_ partai pengusungnya.

Hubungan Golkar dengan Jokowi adalah sebuah ironi. Pada Pilpres 2014 Golkar menjadi tulang punggung Koalisi Merah Putih berada di kubu seberang. Namun tampaknya sekarang Jokowi jauh lebih nyaman bersama Golkar. Alasannya cukup jelas. Di Golkar, Jokowi diposisikan dan diperlakukan sebagai presiden sebenarnya (diuwongke). Sementara di PDIP, levelnya hanya baru sebatas petugas partai.

Saat ini Golkar termasuk yang paling banyak memiliki personil di kabinet, di luar PDIP.

Di lingkar dekat Jokowi ada empat tokoh Golkar. Wapres Jusuf Kalla, Menko Maritim Luhut Panjaitan, Airlangga, dan Idrus.

Pilihan atas figur Idrus Marham untuk menduduki posisi Mensos juga sangat cerdas. Idrus semasa mudanya adalah aktivis berbagai organisasi Islam. Dia pernah tercatat menjadi aktivis Pelajar Islam Indonesia (PII), Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU), dan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) yang berafiliasi ke NU.

Karena itu, tak heran PKB mengklaim pergantian Mensos dari Khofifah ke Idrus merupakan pergantian dari kader NU yang satu, ke kader NU yang lain. Idrus juga pernah menjadi Ketua Umum Badan Komunikasi Pemuda dan Remaja Masjid Indonesia (BKPMRI).

Dengan latar belakang aktivitasnya, Idrus dapat menjaga konstituen Jokowi di kalangan NU. Dia juga diharapkan bisa melakukan penetrasi ke kalangan aktivis pergerakan Islam.

Hadirnya Idrus Marham–bersama Luhut Panjaitan– di sekitar Jokowi, juga bisa menjadi penyeimbang pengaruh Wapres Jusuf Kalla di tubuh Golkar. Sebagai Sekjen yang punya pengalaman mendampingi dua orang Ketua Umum –Aburizal Bakrie dan Setya Novanto– Idrus juga memiliki jejaring yang cukup luas dan kuat di Golkar. Dia aktor penting yang diperlukan Jokowi.

Dua peran tersebut setidaknya yang diharapkan dari penempatan Idrus di kabinet. Yang tidak boleh dilupakan, posisinya sebagai Mensos dapat memainkan peran untuk menggelontorkan berbagai program Jokowi yang populis. []

Penulis: Hersubeno Arief, Konsultan media dan politik