Kasman Singodimedjo Kepada Kaum Intelektual: Jangan Jadi Orang Asing Terhadap Islam

Ia lalu mengungkap organisasi-organisasi Islam di negeri ini dalam usaha membangun pendidikan, telah mendirikan beberapa Normall School dan Kweek School -sekolah- sekolah pencetak guru- yang sangat dibutuhkan bagi pembangunan di masa datang.

Kongres-kongres Islam yang berturut-turut diadakan, tuturnya, menunjukkan adanya perkembangan yang jelas ke arah persatuan. Centraal Comitee dari Kongres Al-Islam bahkan menganggap tiba waktunya untuk menjadikan soal kesatuan sistem pendidikan sebagai program Kongres. Dan Sarekat Islam telah pula mendirikan sekolah pendidikan guru-guru yang langsung dipimpinnya.

Tidak hanya di bidang pendidikan, tambahnya, tapi juga berkembang inisiatif dan semangat kerja pada organisasi-organisasi Islam di bidang ekonomi dan sosial. Dengen pesat mereka mengembangkan perusahaan-perusahaan dan koperasi. Ada klinik-klinik di Jogja dan Surabaya yang didirikan oleh Muhammadiyah serta panti asuhan orang-orang miskin di Yogyakarta yang dibangun oleh majelis PKO Muhammadiyah.

Ia mengungkapkan, “Kita kan tercengang melihat betapa luasnya aktivitas yang sudah mereka lakukan di seluruh Indonesia, di Tapanuli, di Bali, di Minahasa, dan lain-lain. Dengan tidak mengemukakan daerah-daerah yang sepenuhnya Islam saja, dalam mencapai kemajuan melalui dakwah Islam dan usaha-usaha mendorong umat Islam, maka nyatalah umat Islam telah merebut tempat yang berdiri di atas kaki sendiri di lapangan ekonomi.

Ini semua seharusnya menjadi petunjuk bagi kita untuk tidak tertipu oleh propaganda yang saat-saat sekarang kian ditingkatkan, seolah-olah Islam sedikit sekali dapat tempat dalam hati nurani rakyat. Bahkan fakta bahwa juga ada golongan-golongan rakyat yang bukan muslim, tidak boleh mendorong kita untuk meremehkan golongan mayoritas mutlak yang beragama Islam, yang justru memiliki energi dan potensi yang amat besar untuk berdiri di atas kaki sendiri. Tanpa sedikit pun rasa permusuhan terhadap golongan-golongan non-Islam, yang bagaimana pun juga tentu harus terlepas dari pimpinan kita, maka kita sebagai golongan Islam harus memusatkan pikiran kita terhadap rakyat kita yang beragama Islam, yang jumlahnya tidak kurang dari 80% dari bangsa Indonesia kita ini.”

Maka untuk membangun jembatan di antara kaum intelektual dan rakyat, Kasman Singodimedjo berpesan kepada kaum intelektual Islam untuk, “tidak lagi menjadi orang asing terhadap Islam, bahkan keterasingan itu harus berganti jadi kesadaran bahwa kita justru bisa menjadi pemimpin dan penganjur Islam bagi rakyat itu. Sehingga kita bisa mendapat tempat di hati dan jiwa rakyat. Dengan demikian kita dapat membawa kesatuan jiwa dan memanfaatkan kelebihan pendidikan yang kita miliki bagi rakyat untuk membawa mereka pada persatuan nasional.” [rz/inilah]

Sumber jejakislam/Majalah Het Lich No.7, Agustus 1925