Investigasi Tempo: Nasib 6 Anggota FPI, Diringkus Hidup-hidup, Berakhir di Kamar Mayat

“BRAK, brak, brak.” Edwin—nama samaran—mendengar suara dua benda keras beradu dari ujung telepon. Selama sekitar 8 menit, dia berkomunikasi dengan Ahmad Sofiyan alias Ambon melalui telepon WhatsApp.

Dua anggota Front Pembela Islam itu menumpang mobil berbeda. Edwin menumpang Toyota Avanza, sementara Ahmad menaiki Chevrolet Spin. Menurut Edwin, terdapat enam orang di tiap kendaraan.

Mobil Edwin dan Ahmad masuk rombongan Rizieq Syihab yang berangkat dari perumahan The Nature Mutiara Sentul pada Ahad tengah malam, 6 Desember lalu. Konvoi itu terdiri atas delapan mobil, empat di antaranya diisi keluarga Rizieq. Menurut Edwin, setidaknya ada empat mobil yang membuntuti mereka.

Mengetahui ada mobil pengintai, enam mobil memisahkan diri sejak keluar dari pintu tol Karawang Timur. Adapun mobil Edwin dan Ahmad berbelok ke Jalan Klari di dalam Kota Karawang.

Di sana, mereka kejar-kejaran dengan mobil polisi. Menurut Edwin, mereka saling pepet dan potong jalur. Selama itu, panggilan telepon Edwin dengan Ahmad tak pernah putus. Sebelumnya, mereka berkomunikasi lewat pesan suara aplikasi grup WhatsApp bernama “Ikan Hias Cupang Giant”.

Setelah melewati tiga persimpangan lampu lalu lintas, mobil Edwin lolos dan masuk ke gerbang tol Karawang Barat.

Melaju sekitar tiga kilometer dari pintu tol, dia menunggu Ahmad yang tercecer di belakang. Suara mobil bertabrakan itulah yang terakhir terdengar di telepon. “Mobilnya tak pernah muncul, lalu suara di telepon senyap dan putus,” tutur Edwin. Mobil Edwin kemudian melaju, lalu berhenti di Rest Area Kilometer 57.

Seorang narasumber yang menelusuri tewasnya anggota FPI ini mengatakan sempat terjadi tembak-menembak antara tim polisi dan pengawal Habib Rizieq di mobil Chevrolet Spin. Baku tembak itu terjadi sebelum mobil masuk ke jalan tol.

Petunjuk penting dari kontak senjata itu ditemukan di dekat bundaran Jalan International Karawang Barat. Tempo memperoleh tiga foto di lokasi itu yang menggambarkan penemuan proyektil dan selongsong peluru yang tercecer di sekitar rerumputan di pinggir jalan menuju gerbang tol Karawang Barat.

Sekretaris Umum FPI Haji Munarman menyanggah kabar bahwa anggota FPI dibekali senjata api. Adapun Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya Komisaris Besar Yusri Yunus mengatakan pelaku menyerang personel kepolisian dengan revolver berkaliber 9 milimeter. Ada dua pistol yang disita.

Belakangan, Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komisaris Jenderal Listyo Sigit Prabowo menyatakan ada bekas jelaga mesiu di salah satu tangan pengawal Habib Rizieq yang tewas.

Firtian Judiswandarta, Sekretaris Jenderal Persatuan Penembak Indonesia, menjelaskan, senjata jenis revolver yang lazim beredar adalah kaliber 38 milimeter buatan Amerika Serikat. Selain itu, ada yang berkaliber 9 milimeter. “Kaliber itu versi Eropa dan ada di Indonesia,” kata Firtian, yang mengaku belum melihat barang bukti pistol dalam kasus penembakan anggota FPI ini.

Bukan hanya polisi, Komisi Nasional Hak Asasi Manusia ikut menyelidiki kasus penembakan ini. Namun anggota Komnas HAM sekaligus ketua tim penyelidikan, Choirul Anam, enggan membeberkan temuan timnya.

“Tunggu penyelidikan lebih jauh karena kami menyusuri semua lokasi dengan metode tertentu,” ucapnya.

Pistol dari kedua mobil ditengarai masih menyalak ketika pengawal Habib Rizieq Syihab di Chevrolet Spin dan tim pengintai masuk lagi ke jalan tol melalui gerbang tol Karawang Barat.

Dua orang yang mengetahui peristiwa penembakan ini mengatakan ban mobil Chevrolet kempis setelah terkena tembakan. Kendaraan itu terhenti di ujung jalan keluar Rest Area Kilometer 50. Polisi langsung mengepung enam penumpang Chevrolet. Ketika kejadian itu, waktu menunjukkan sekitar pukul 00.30.

Penjaga warung yang berada sekitar 200 meter dari lokasi itu, Magdalena—bukan nama sebenarnya—mengatakan ada petugas yang menghalau pengunjung dan pedagang di rest area untuk mendekat serta melarang mereka mengambil gambar. “Polisi sedang menangani teroris,” ujar Magdalena menirukan ucapan petugas.

Menurut dua saksi mata, sekitar sejam kemudian mobil Toyota Land Cruiser hitam dan satu mobil lain merapat. Enam personel FPI diminta berpindah ke kendaraan lain setelah Land Cruiser itu datang.

Sebelum berpindah, kata dua saksi itu, empat orang yang terlihat masih hidup—bisa berdiri dan berjalan sendiri—ditengkurapkan di aspal. Sedangkan dua orang lagi terlihat pincang.

Keramaian di Rest Area Kilometer 50 itu diperkirakan bubar sekitar pukul 01.30, seiring dengan rombongan polisi melaju lagi di jalan tol. Sekitar pukul 3 pagi, enam anggota Laskar Khusus FPI tersebut tiba di Rumah Sakit Polri Kramat Jati. Dalam kondisi lengang, waktu tempuh dari Rest Area Kilometer 50 ke rumah sakit itu sekitar satu jam. Namun mereka tiba dalam kondisi tak bernyawa lagi.

Sumber: tempo.co.id