Kesadaran Palsu Dan Budaya Politik Kekerasan

Di luar itu, realitas politik saat ini telah memperkuat cengkraman oligarki atas Indonesia. Dari RT/RW sampai presiden tidak ada tindakan yang bisa berjalan tanpa restu oligarki.

Puncak dari semua kebobrokan yang berlangsung di tengah kesadaran palsu itu tercermin dalam kasus RUU HIP dan BPIP. Kedua RUU tersebut mau meletakkan kembali Demokrasi Terpimpin, konsep demokrasi yang dibangun Soekarno, menjadi pedoman kehidupan politik Indonesia.

Dalam Demokrasi Terpimpin, demokrasi ambyar! Semua kekuasaan berada di tangan presiden, trias politica bubar!

Itulah agenda politik paling puncak saat ini. Untuk keberhasilan agenda tersebut, suatu kelompok elit di istana memberi jalan bagi kaum oligarki untuk merampok Indonesia, menghancurkan martabat rakyat sehingga sekadar menjadi budak kapitalis, dan menjadikan Indonesia semakin tergantung kepada Cina dalam keuangan, ekonomi dan politik.

Sekarang orang-orang yang tidak waspada dan diliputi kesadaran palsu diperalat untuk menindas KAMI.

Berbeda dengan mereka, KAMI adalah orang-orang yang waspada. KAMI membaca perbuatan sampai jauh ke alam pikiran dan kebudayaan. KAMI tidak akan tertipu dan termakan kampanye kesadaran palsu.

KAMI ingin menyelamatkan Indonesia. Pertama, menyelamatkan saudara-saudara kami dari kesadaran palsu. Demikian terjadi pada saudara-saudara kami dari FPI. Mereka telah membuang kesadaran palsu ketika melihat sendiri bahwa orang yang dulu memfasilitasi mereka sekarang justru menindas mereka. Mereka adalah pejuang Pancasila.

Kedua, menunjukkan jalan kebenaran, yaitu jalan dimana tujuan tidak menghalalkan cara. Artinya, politik memang memiliki tujuan tetapi tujuan itu hendaknya dicapai dengan moral. Kemenangan dalam politik bukan untuk kemenangan itu sendiri. Kemenangan juga harus berarti membawa seluruh rakyat ke tingkatan moral yang lebih tinggi.

Itulah perilaku Pancasilais yang KAMI pahami.

(Penulis: Radhar Tribaskoro, Bandung Initiatives)