Maryam Afifi Dan Pesan Dari Syaikh Jarrah

Dengan pergelangan tangan yang masih diborgol, ia mengirimkan senyum kepada para pemimpin negara-negara barat yang selama ini diam membisu dengan kebiadaban dan kebrutalan penjajah zionis Israel.

Senyuman bangga dan bahagia menjadi satu dari puluhan ribu masyarakat Palestina yang membangun solidaritas untuk mempertahankan setiap jengkal tanah Perkampungan Sheikh Jarrah yang akan dirampas, penduduknya akan diusir oleh zionis Israel untuk kemudian akan dibangun pemukiman Yahudi oleh mereka.

Sebuah senyum yang menggambarkan kekuatan dan keberanian dirinya. Dengan tangan masih diborgol ia bertanya pada tentara-tentara Israel yang menyeret dan memukulinya, “Apa yang kamu rasakan? Aku tahu kamu seorang manusia. Dan mungkin kamu juga punya keluarga dan anak-anak. Apakah kamu ingin anakmu tumbuh dewasa membela orang yang salah? Membela penjajah?”

Tentara Israel hanya terdiam dengan pertanyaan-pertanyaan Maryam yang menohok nurani kemanusiaan mereka.

Beberapa jam pasca penyerangan jemaah shalat Taraweh di Masjid Al-Aqsha yang melukai 200 jamaah dan kerusuhan di Syaikh Jarrah, Grand Syaikh al-Azhar Asyarif, Prof Dr Ahmad Tayyib memberikan solidaritas dan mengutuk kebiadaban Israel melalui siaran persnya.

Keberpihakan Al-Azhar pada rakyat Palestina tergambar jelas dalam siaran ini: “Sungguh perbuatan biadab di serambi Masjidil Al-Aqsha, pelecehan tempat suci dengan tindakan represif pada Jama’ah shalat tarawih, setelah sebelumnya juga tindakan keji kelompok bersenjata terhadap aksi unjuk rasa damai di Kampung Syaikh Jarrah, Yerusalem Timur dengan mengusir paksa penduduknya. Mereka yang bertindak adalah teroris zionis di tengah “bungkamnya dunia” yang memilukan.”

Al-Azhar, ulama dan seluruh kolega civitas akademiknya menyatakan solidaritas bulat bersama rakyat Palestina yang teraniaya dalam menghadapi penindasan zionis dan kroninya, sembari memohon kepada Allah, semoga Allah menjaga mereka dengan cara-Nya dan memenangkan mereka dengan cara-Nya, karena mereka adalah yang berhak atas kebenaran, tanah dan semua tentang keadilan.”

Pada Ramadhan kali ini Perkampungan Syaikh Jarrah dengan penderitaan dan tangisan warganya tiba-tiba mendunia karena menjadi pemantik konflik Palestina-Israel. Perkampungan yang berada di Nablus dan berjarak sekira 3 km dari Serambi Al-Qasha itu mempunyai akar historis yang begitu mendalam bagi umat Islam. Tidak banyak umat Islam yang mengetahui sejarah tempat ini kenapa dinamai Perkampungan Syaikh Jarrah.

Bagi para peziarah Masjid Al-Aqsha mungkin familiar dengan Perkampungan Syaikh Jarrah yang namanya diambil dari nama Husamuddin bin Syarifuddin Isa al-Jarrahi (w. 598 H/1202 M). Husamuddin bin Syarifuddin Isa pada masanya merupakan panglima perang ternama yang membebaskan kota Yerusalem dalam perang Salib (20 September 1187).