Ngaji Lebensraum: Antara Hitler dan Alvin Toffler

Ramalan Hitler tak meleset, karena usai Perang Dunia (PD) I dan PD II, selain Inggris —si Raja Lautan— meredup lalu diganti oleh Amerika (AS), juga banyak peperangan berlangsung di daratan karena faktor (perebutan) living space atau lebensraum.

Selanjutnya, jika mengikuti tren ‘peras-memeras’ ala Bung Karno (BK) dahulu, misalnya, bila ruang hidup diperas maka menjadi kepentingan nasional (national interest); jika national interest diperas ia menjadi kepentingan keamanan dan kepentingan kesejahteraan; kemudian bila diperas lagi menjadi geoekonomi; dan apabila geoekonomi diperas maka akan berujud air (bersih), pangan dan energi. Itulah poin terujung dati ruang hidup atau lebensraum yang diperebutkan negara-negara.

Ruang hidup atau lebensraum adalah inti geopolitik, kata Karl Haushofer. Dan lebensraum, selain berupa hal-hal tangible (tersurat) juga tak berwujud (intangible) seperti hegemoni, atau sphere of influence, rasa persatuan (dan kesatuan) dan seterusnya.

Itulah sepintas perbedaan konsepsi antara Hitler dan Toffler tentang lebensraum (living space) atau ruang hidup.

End. (The GlobalReview)

Penulis: M Arief Pranoto, Direktur Program Studi Geopolitik dan Kawasan Global Future Institute (GFI)