Perang Dunia 3 dan Nasib Indonesia: Tiga Catatan Kritis atas Pikiran SBY

Penutup

Tulisan SBY memberi kesegaran bagi kita untuk mengetahui situasi krisis dunia pasca pembunuhan Jenderal Iran Qassem Soleimani di Irak beberapa hari lalu. Tulisan SBY ini terlalu hati-hati sekali, karena mungkin SBY tidak gampang membuka pengetahuan dan info yang dia miliki ke publik.

Namun, dengan memasukkan kajian ekonomi politik dalam penguasaan energi di Timur Tengah, memasukkan unsur imperiumisme negara-negara superpower, kita melihat bahwa perang itu hanya sebuah keniscayaan saja. Yang kuat pasti memakan yang lemah. (Planduk mati di tengah).

Persoalannya adalah bagaimana kita merespons ke depan. SBY dalam tulisannya mengambil “no sympathy” atas pembunuhan Jenderal Iran dengan membandingkan penyanderaan warga Amerika di masa lalu. Artinya SBY bisa menerima tindakan Amerika ini.

Kita yang saya maksudkan adalah pemimpin-pemimpin bangsa, baik pemerintah maupun oposisi. Pemerintah pasti cenderung melihat sikap RRC. Namun, bagaimana Habib Rizieq dan kelompok-kelompok ulama lainnya?

Yang pasti waktu bagi datangnya gelombang perubahan besar akan  semakin cepat datangnya, termasuk di Indonesia. Siapa cepat dia memimpin. (*end)

Penulis: Dr. Syahganda Nainggolan