Siapa Pembuat dan Penebar Covid-19? (Bagian ke-3)

Tampaknya, siasat ‘mencuri kayu bakar’ cukup efektif. Karena dampak dari show tersebut, Paman Sam terkejut bukan kepalang. Betapa kemajuan Cina dalam hal teknologi 5G telah melampauinya. Kenapa? Bahwa selama ini, matrix coordination secara canggih cuma sebatas angan-angan AS melalui filem layar lebar. Ia belum bisa mengaplikasikan 5G untuk menggerakkan mesin-mesin perang.

Dalam perspektif hegemoni superpower, ketika muncul kekuatan yang hendak/telah melampaui dan/atau membahayakan hegemoninya maka harus dilemahkan, kalau perlu dihancurkan agar tak menjadi kendala di kemudian hari.

Setidaknya, simulasi 5G di langit Shanghai membuat AS risau. Hegemoninya terancam.

Gilirannya, secara implisit — kuat diduga bahwa virus corona pun ditebar di Wuhan ketika ada lomba paramiliter. Tak lain, tujuannya untuk melemahkan laju teknologi 5G.

Kenapa di Wuhan?

Selain dianggap central of gravity sektor bisnis dan ekonomi. Banyak korporasi raksasa seperti OPPO, Alibaba, Huawei dll. Ada laboratorium dan pusat riset tentang virus. Dan paling utama ialah bahwa di Wuhan sarat dengan gelombang 5G. Nah, inilah alasan paling utama kenapa virus ditebar di central of gravity.
Mengapa lewat virus?

Secara teori, gelombang 5G tidak dapat dibendung. Tak bisa dihentikan, apalagi kalau ia sudah berjalan. Lalu, siapa yang dapat menghentikan? Satu kata: VIRUS! Ya, hanya virus yang mampu membendung gerak laju gelombang 5G. Itulah alasan kenapa virus ditebar di Wuhan.

Dunia memahami, dalam hal riset dan persenjataan virus (biological weapon), Paman Sam jauh lebih canggih daripada Cina.

Ya. Berbasis empirical facts, hanya virus yang mampu mencegah serta membendung gerak gelombang 5G agar ia tidak bisa dan tak dapat dipancarkan kemana-mana.

Ada pendapat Dr. Patrick Vickers M.D, pakar Gerson Therapy dari Baja Gerson Centre California, AS, intinya begini: bahwa masalahnya bukan pada 5G-nya, tidak pula pada virusnya. Tetapi dua-duanya. Dengan kata lain, jika kedua unsur (gelombang 5G dan virus) berada di suatu ruang hidup, maka gelombang 5G justru membuat virus semakin aktif dan menghalangi hemogloben menarik oksigen ke dalam tubuh. Semakin kuat gelombang 5G, virus pun bertambah galak bahkan bisa lepas kendali. Out of control.

Dan tampaknya, mungkin karena pendapat pakar tersebut —salah satu poin penyebab— mengapa beberapa negara akhirnya membatalkan kontrak dengan Cina terkait 5G, meskipun diyakini pasti ada faktor lain yang tak kalah urgen terkait kepentingan (geo) politik global.[Bersambung/GlobalReviewIndonesia]

Penulis: M Arief Pranoto, Direktur Program Studi Geopolitik dan Kawasan Global Future Institute (GFI)

Baca artikel Sebelumnya:  Siapa Pembuat dan Penebar Covid-19 (Bag.2)