Urgensi Memundurkan Tahun Ajaran Baru

Apakah cukup manusiawi bila masyarakat yang masih dihadapkan kepada masalah pandemik corona, dan sekaligus bingung mendapatkan sembako, tapi harus memikirkan mencari sekolah baru bagi anaknya? Bisa-bisa banyak orang tidak menyekolahkan anaknya.

Betul bahwa sekolah di SDN dan SMPN tidak bayar SPP. Tapi kebutuhan bersekolah tidak hanya SPP saja. SPP itu hanya 25 persen saja dari total kebutuhan anak sekolah di setiap jenjang pendidikan.

3. Bila bulan Juli virus corona belum pergi, lalu tahun ajaran baru dimulai dan pembelajaran dilaksanakan secara online, tentu terasa ganjil karena para murid belum saling berkenalan. Demikian pula antara guru dan murid juga belum berkenalan, tapi mereka sudah harus melaksanakan pembelajaran online.

Selain itu, tidak semua orang tua dan daerah siap dengan pembelajaran online. Indonesia itu tidak hanya terdiri dari kelas menengah di perkotaan saja, tapi juga kaum miskin di perkotaan dan warga yang tinggal di daerah pesisir dan pedalaman yang jaringan listrik maupun sinyal HP belum tentu lancar.

Kemudian, bila proses pembelajaran dilaksanakan secara online, termasuk untuk murid-murid, maka sesungguhnya ada yang hilang dari fungsi sekolah itu sendiri. Yaitu sebagai ruang untuk membangun interaksi dan relasi sosial antara murid satu dengan lainnya, maupun antara murid dengan guru. Pendidikan karakter juga sulit dilaksanakan ketika proses pembelajaran dilakukan secara online karena kemampuan orang tua untuk membimbing itu berbeda-beda.

Sisi Positif Pemunduran Tahun Ajaran Baru

1. Tidak menambah beban masyarakat, terutama kelas menengah ke bawah yang sekarang kondisinya sedang terpuruk. Kalau mereka masih dibebani dengan pencarian sekolah baru bagi anak-anak mereka, itu akan menambah stres mereka. Dan itu akan menurunkan imunitas mereka, akhirnya virus corona makin betah bercokol di Indonesia.

2. Dapat menghemat APBN yang dialokasikan untuk pendidikan, khususnya dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) dan BOP (Bantuan Operasional Pendidikan) untuk SMA/SMK/MA/PT selama satu semester (Juli-Desember). Realokasi dana tersebut dapat dipakai untuk mendukung penanangan Covid-19, di tengah pemasukan pajak yang minus.

3. Mengurangi kesenjangan proses dan kualitas pendidikan yang muncul selama pembelajaran dilakukan di rumah. Sekolah/kuliah di rumah itu diakui atau tidak menciptakan proses pembelajaran yang tidak seimbang antara anak-anak orang mampu dan tinggal di perkotaan dengan anak-anak tidak mampu yang tinggal di perkotaan lantaran mereka mengalami keterbatasan akses internet.Juga antara daerah-daerah yang akses internetnya bagus dengan yang tidak.