Berita

"Kami takut berjalan-jalan. Slogan mendukung Palestina dan menentang Israel ada di mana-mana. Bendera Palestina bahkan dipasang di depan Sinagog. Kami menjadi segan keluar rumah. Pada hari Sabbat (Sabtu), Sinagog kosong. Kami ketakutan akan diserang oleh orang-orang di sekitar kami."

Pemasangan alat pemantau itu berkaitan tuduhan Israel bahwa telah terjadi penyelundupan senjata dari wilayah Mesir ke wilayah Palestina, menyusul agresi brutal pasukan Zionis Israel ke Jalur Gaza. Israel mendesak negara-negara sekutunya untuk mencegah dan menghentikan penyelundupan senjata itu.

Pengrusakan itu terjadi sejak Jumat pekan lalu. Obyek relijius simbol agama Yahudi diporak-porandakan, dan tembok dicorat-coret menggunakan pylox. Isi coretan itu berisi cacian dan makian kasar kepada bangsa Yahudi, di antaranya "Yahudi, Enyahlah!". Bukan hanya Sinagog Di Venezuela, tapi juga kantor administratif Yahudi menjadi sasaran juga.

"Ini memang bukan pertama kalinya hubungan Israel dan Turki memburuk." ujar Levy. "Tapi kami yakin, hubungan kami akan segera membaik lagi."

Agresi 22 hari Gaza barangkali banyak meninggalkan tanda tanya dalam benak semua orang di dunia, bagaimana Hamas selama ini bertahan diri dari gempuran Israel selama agresi biadab itu berlangsung?

Seorang yang tepercaya bercerita: Kami diberitahu oleh seorang komandan jihad, “Kami bersama beberapa ikhwan berada di medan tempur. Lalu, tiba-tiba seorang ikhwan berteriak kepada kami, “Surga! Lihatlah, itu surga!” Ia menunjukkan tangannya ke depan, dan tidak berselang lama peluru meleset dan mengenai kepalanya, lalu ia pun tersungkur mati. Semoga Allah merahmatinya!”

Dalam pertemuan WSF yang berakhir hari Minggu kemarin, sejumlah organisasi pro-Palestina yang dipimpin oleh Palestine National Committee memutuskan bahwa aksi boikot itu akan dilakukan serentak pada tanggal 30 Maret mendatang dan uniknya, sejumlah orang Yahudi Israel yang menjadi anggota forum tersebut mendukung seruan aksi boikot itu.

Tapi dari 15 juta orang yang terdaftar sebagai pemilih, hanya sekitar 7,5 juta orang yang menggunakan hak suaranya atau sekitar 51 persen saja. Angka ini jauh dari perkiraan Perdana Menteri Irak Nouri al-Maliki yang berharap tingkat keikutsertaan pemilu bisa mencapai 70 sampai 80 persen.