Menlu AS: Israel Aman Dulu, Baru Kemudian Wujudkan Negara Palestina

Menlu AS Condoleezza Rice secara terbuka menyatakan dukungan penuh pemerintah AS terhadap Israel dan memegang teguh komitmen untuk menjaga negara Zionis itu.

"Seluruh rakyat Israel harus percaya diri bahwa Amerika secara penuh mendukung Anda, bahwa kami berkomitmen secara penuh terhadap keamanan Anda, sehingga Anda bisa tetap berani untuk mewujudkan perdamaian, " kata Rice dalam pidatonya di Yerusalem, didampingi Menlu Israel Tzipi Livni.

Ia melanjutkan, "Rakyat Palestina harus memahami bahwa implementasi kesepahaman di masa datang, akan diberlakukan hanya berdasarkan pada fase-fase peta jalan damai-artinya, yang pertama adalah keamanan Israel, kemudian baru mewujudkan negara Palestina. "

Sebelumnya, Menlu Israel Tzipi Livni juga mengatakan bahwa Israel tidak bisa menjamin keamanan Palestina, jika negara Palestina terwujud.

Israel dan Palestina masih berbeda pendapat tentang penyusunan dokumen bersama untuk penyelenggaraan konferensi Timur Tengah yang disponsori oleh AS. Konferensi itu antara lain akan membahas negosiasi atas sejumlah persoalan, seperti masalah perbatasan, nasib Yerusalem dan para pengungsi Palestina.

Para pemimpin Israel mendesak agar kesepakatan-kesepakatan dengan Palestina di masa depan, bisa diterapkan hanya jika Palestina memenuhi kewajibannya yang tercantum dalam Peta Jalan Damai. Kesepakatan Peta Jalan Damai yang dibuat tahun 2003 atas persetujuan AS itu antara lain mensyaratkan Palestina untuk bertindak tegas pada para pejuang Palestina dan mengharuskan Israel menghentikan perluasan pemukiman Yahudi di Tepi Barat serta menghapus puluhan pos-pos pemeriksaan yang di bangun tanpa izin pemerintah Israel. Sejauh ini, Israel melanggar persyaratan itu. Rejim Zionis malah makin memperluas pemukiman Yahudi di Tepi Barat.

Saat menerima kunjungan Rice ke Yerusalem hari Minggu (4/11), Menlu Israel menyebut Palestina sebagai wilayah teror. "Tak satu pun orang yang ingin melihat ada negara teror di wilayah ini, " kata Livni.

Di tempat terpisah, pemimpin Hamas Ismail Haniyah membantah berita bahwa Hamas sedang merencanakan upaya untuk mengambil alih Tepi Barat dari kekuasaan Fatah.

"Pembicaraan seputar rencana pengambilalihan Tepi Barat, tidak benar, " bantah Haniyah dari Jalur Ghaza, seraya menegaskan bahwa penjajahan bangsa Israel tetap merupakan musuh yang nyata bagi rakyat Palestina. (ln/al-arby)