Nestapa Rakyat Palestina Akibat Blokade Barat

Program Bantuan Pangan Dunia (WFP) yang berada di bawah payung PBB menyampaikan informasi miris tentang nasib rakyat Palestina.
Menurut penelitian mereka, separuh rakyat Palestina saat ini dililit kelaparan akibat blokade dunia internasional terhadap mereka, pascak emenangan Hamas dalam pemilu demokratis, sekitar satu tahun silam.

Laporan PBB yang dilansir The Independent (22/2) menyebutkan, “Lebih dari 46% penduduk Tepi Barat dan Jalur Ghaza kini tidak mampu menjamin kebutuhan pangan keluarga mereka. Mereka menghadapi kesulitan besar untuk mencari nafkah dan mencari ketersediaan sembako setiap hari. Kondisi ini bila berlanjut bisa memunculkan nestapa kemanusiaan di Palestina. ”

Selain keprihatinan akibat lilitan lapar dan kemiskinan di Palestina, laporan itu juga menyebutkan sisi kegembiraan dan optimisme. Yakni soal kuatnya sendi-sendi sosial di masyarakat Palestina.

“Hubungan sosal yang sangat kuat di masyarakat Palestina menjadikan seolah mereka tidak mengalami situasi kelaparan. Itu juga karena di antara mereka terjalin suasana saling membantu (takaaful ijtima’i) di antara warga. Meski demikian, pemutusan gaji untuk pegawai negeri, pemblokadean yang terus menerus berlangsung, berbagai kondisi yang dilewati Palestina sejak intifadhah tahun 2000, mau tidak mau telah membuat rakyat Palestina lelah untuk berteriak soal ancaman kelaparan yang mereka alami.

Dalam laporan tersebut dicatat pula bahwa lebih dari 34% rakyat Palestina hanya mampu mendapatkan pendapatan harian sebesar 1, 68 dolar. Sementara bahan pangan juga semakin sulit diperoleh. Lebih dari 12% rakyat Palestina sama sekali tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, dalam arti mereka hidup sangat miskin. Pertumbuhan penduduk yang pesat di kalangan rakyat Palestina juga mempunyai peran sendiri yang menyebabkan anak-anak Palestina semakin menderita.

Terkait kekejaman Israel terhadap Palestina, disampaikan bahwa jumlah warga Palestina yang gugur akibat tembakan langsung tentara Israel, sejak meletusnya intifadhah 28 September 2000 sampai 31 Januari 2007, berjumlah 5050 orang, dan sekitar 50 ribu terluka. (na-str/iol)