Qatar Suntikkan Dana Sebesar 254 Juta Dolar untuk Bangun Kembali Gaza

Qatar pada Selasa lalu meluncurkan rencana bantuan sebesar $ 254.000.000 untuk membangun kembali dan memodernisasi Gaza, dan ini menjadi suntikan bantuan rekonstruksi terbesar untuk wilayah Gaza sejak hancur dalam ofensif militer Israel hampir empat tahun yang lalu.

Proyek yang diumumkan pada sebuah konferensi pers oleh duta Qatar Muhammad al-Amadi akan memerlukan kerja sama dari Israel dan Mesir yang harus membolehkan masuknya bahan bangunan dan alat berat ke Gaza, yang berada di bawah blokade parsial.

Amadi mengatakan rencana ini sudah diatur. Pekerjaan akan dimulai dalam waktu tiga bulan, dimulai dengan jalan raya yang akan membentang sepanjang jalur pantai Mediterania.

Proyek-proyek ini cukup untuk mengubah Gaza dan kehidupan 1,6 juta penduduknya, yang 28 persen di antaranya adalah pengangguran.

Para ekonom mengatakan ribuan pekerjaan akan diciptakan oleh kontraktor lokal yang telah memenangkan tender untuk melakukan pekerjaan dan bisnis yang lebih kecil yang akan dilakukan di Gaza.

Gerakan Hamas yang menguasai Gaza menyambut baik pengumuman tersebut sebagai bukti bahwa Gaza telah bangkit dari isolasi.

Seorang pembantu Perdana Menteri Hamas Ismail Haniyeh menyebutnya “jatuhnya hujan pertama.”

Utusan Qatar mengatakan politik tidak memainkan peran dalam keputusan bantuan negara emirat itu, namun mengakui bahwa pemerintah Gaza pada akhirnya akan diuntungkan, di samping rakyatnya.

“Kebijakan negara Qatar adalah bahwa kami membuat proyek, kami mendesainnya, kami membiayainya dan setelah selesai kami menyerahkannya kepada departemen terkait,” katanya.

Rakyat Gaza sendiri bersyukur atas bantuan Qatar. “Terima kasih Qatar. Anda telah memenuhi janji,” tulis sebuah billboard besar di kota Gaza.(fq/reu)

“Terima kasih Qatar. Anda telah memenuhi janji, “membaca sebuah billboard besar di kota Gaza.
“Penyuntikan seperti sejumlah uang dalam proyek-proyek pembangunan dan infrastruktur pasti akan mendapatkan roda ekonomi bergerak dan menurunkan pengangguran,” kata ekonom Gaza Maher Al-Tabba.