Rekaman Video Amatir Remaja Palestina, Hebohkan Israel

Masyarakat Israel kini sedang diramaikan oleh beredarnya sebuah video yang merekam perlakukan buruk seorang pemukim Yahudi terhadap warga Arab Palestina tetangganya di kota Hebron, Tepi Barat.

Kejadian itu berhasil direkam oleh seorang remaja puteri bernama Fida Abu Aisha, yang dengan cepat tersebar ke situs-situs internet, bahkan sebuah saluran televisi Israel ikut menayangkannya. Sehingga muncul protes dan perdebatan bahwa kekerasan yang dilakukan pemukim Yahudi di Hebron terhadap warga lokal, seperti yang kerap dilansir organisasi pemantau hak asasi manusia, memang terjadi dan intensitasnya makin meningkat.

"Kekerasan terhadap warga Palestina makin meningkat, tapi di lapangan kami belum melihat ada tindakan terhadap permasalahan tersebut, " ujar Limor Yehuda, pengacar dari Association for Civil Rights di Israel.

Video hasil rekaman Fida menimbulkan kontroversi, karena dalam video itu terlihat seorang perempuan Yahudi mendorong-dorong pagar besi rumah seorang keluarga Palestina, sambil melontarkan caci maki pada seorang perempuan Palestina, yang tidak lain adalah ibu Fida sendiri.

Perempuan Yahudi itu memaki ibu Fida dengan kata-kata kotor seperti "Sharmuta, kamu dan anak-anak perempuanmu." Sharmuta dalam bahasa Arab, artinya pelacur. Sementara ibu Fida dengan dengan raut muka bingung, berdiri beberapa inci di balik pagar besi itu.

Di rekaman video kedua, terlihat anak-anak pemukim Yahudi yang sedang melempari rumah orang-orang Palestina dengan batu.

Ironisnya, dalam kedua rekaman video tersebut, terlihat sejumlah tentara Israel, tapi mereka tidak melakukan apapun untuk menghentikan perbuatan para pemukim Yahudi itu.

Ayah Fida, Taysir Abu Aisha mengungkapkan, "Rekaman video Fida menunjukkan pada dunia, apa yang sedang terjadi di sini. Setiap hari kami diserang oleh para pemukim-pemukim itu. "

"Tapi, kami hanya diberi janji-janji, tidak ada tindakan sama sekali", keluhnya.

Taysir Abu Aisha juga mengungkapkan kesulitan yang dialaminya setiap hari. Untuk mencapai toko pakaian miliknya di pasar yang sebenarnya berjarak dekat, ia harus menempuh jarak yang jauh, karena jalan biasa dibarikade dan dipasangi timbunan karung pasir oleh tentara Israel.

Ia juga harus menyusuri tembok pemisah yang didirikan oleh Israel di Kota Tua, di bawah pengawasan para tentara Israel. Di pos-pos jaga Israel, ia harus melewatinya dengan pemeriksaan metal detektor.

"Mereka (Israel) sedang berusaha mengusir kami. Para pemukim Yahudi melempari kami dengan batu, menyiram kami dengan air dan menghina kami, tapi mereka tidak tersentuh hukum, " ujar Taysir Abu Aisha.

Sikap Israel

Perdana Menteri Israel Ehud Olmert mengungkapkan "rasa malu"nya setelah melihat rekaman video Fida.

Tapi Ketua Yad Vashem Holocaust Memorial, Tommy Lapid, membandingkannya dengan fanatik anti-semit pada masa di Eropa pada masa Perang Dunia II.

Organisasi HAM B’Tselem di Israel yang telah memberi peralatan kamera video pada Fida mengatakan, pihaknya berharap kasus ini akan mendorong pemerintah dan militer Israel untuk mengambil tindakan pada para pemukim Yahudi di Hebron yang telah melanggar hukum.

"Situasi ini sudah berlangsung selama bertahun-tahun. Tidak adanya penegakkan hukum sudah dibahas sejak lama. Tapi tidak ada hasilnya dan belum ada langkah yang dilakukan, " kata juru bicara B’Tselem, Sarit Michaeli.

"Kapanpun ada warga Palestina yang diserang atau dibunuh Israel, tidak ada langkah tegas. Namun ketika ada seorang warga Israel yang diserang oleh warga Palestina, orang-orang Palestina ditindak tegas. Kondisi ini menjadikan kota ini seperti kota hantu, " imbuhnya.

Meski demikian, militer Israel menyatakan bahwa kekerasan dialami kedua belah pihak, baik warga Palestina maupun pemukim Israel. "Ini hal yang problematis. Di kawasan ini, warga Arab dan pemukim Yahudi hidup bersama, dan mereka punya masalah, " kata Benny Shahino, juru bicara menteri pertahanan Israel.

Tapi, setelah beredarnya rekaman video Fida, Menteri Pertahanan Israel, Ephraim Sneh berjanji akan mengkonsolidasikan kerjasama antara polisi dan tentaranya mulai akhir bulan depan, dalam upaya penegakkan hukum dan memastikan warga Hebron tidak melanggar aturan yang berlaku. (ln/MoL).