Puasa di Negeri Sakura (2): “Qur`an Menentramkan Jiwa”

Allah swt begitu rahman dan rahim pada ummatnya dimanapun berada, termasuk di Jepang ini. Musim panas yang beberapa hari lalu begitu membakar, hari ini tertutup oleh awan mendung yang menggantung. Alhamdulillah awan mendung yang menaungi Tokyo ini telah menyebabkan puasa musim panas di hari kedua belum terlalu terasa beratnya. Dari sisi panasnya, hari ini nyaris tidak berbeda dengan di Jakarta, hanya waktu puasanya saja yang lebih lama.

Tepat pukul 10.00 pagi tadi saya tiba di kampus dan langsung masuk ke ruang kerja saya. Meski secara resmi kampus sudah libur, namun masih banyak mahasiswa yang sibuk bekerja di lab nya. Bahkan mahasiswa-mahasiswa yang tengah mengejar kelulusan periode September ini tidak pulang ke rumahnya, sebagian mereka tertidur di ruang kerjanya, termasuk teman jepang saya di lab. Saat saya sapa teman di ruang kerja saya, terlihat sembab matanya tanda tidak tidur semalaman. Saya bilang “cepat sekali sudah disini, jam berapa datang?”. Dia jawab “semalam saya kerja disini”.

Setelah berbasa basi sebentar, saya lalu duduk dan menyalakan komputer. Target saya ke kampus hari ini sebenarnya hanya ingin men-download jurnal-jurnal yang akan menjadi koleksi saya. Salah satu kelebihan universitas di Jepang adalah perpustakaannya yang sangat besar dengan koleksi buku yang sangat banyak serta langganan jurnal internasional yang lengkap. Saya merasa perlu mengkoleksi, saat pulang nanti ini akan sangat bermanfaat untuk peningkatan kualitas pembelajaran dan penelitian di kampus, karena memang sejauh ini kampus-kampus di Indonesia masih terbatas dalam hal koleksi perpustakaan ataupun berlangganan jurnal internasional.

Sambil men-download jurnal-jurnal yang relevan dengan bidang saya, saya memutar tilawah Qur`an yang dilantunkan oleh syeikh Mishary. Kali ini saya sengaja mendengarkannya tanpa earphone. “sekali-kali boleh dong, lagian ini puasa yang ke empat saya di sini dan mungkin puasa yang terakhir di sini, kapan lagi saya mengenalkan Qur`an ke teman saya yang orang Jepang ini”, pikir saya dalam hati. Beberapa saat kemudian, teman saya merespon,”Itu lagu Islam ya?” Lalu saya tanya,”mengapa?” Dia bilang lagu tanpa musik enak sekali didengarnya. “saya merasa lapang dan tentram mendengarnya”, begitu komentar teman saya saat mendengar tilawah yang dibacakan syeikh Mishary. Saya jelaskan padanya kalau yang baru saja didengarnya itu adalah bacaan ayat-ayat Qur`an, bacaan kitab suci yang berisi pedoman hidup bagi orang Islam.

Alqur`an jika dibaca dengan keikhlasan hati dan kesungguhan ekspresi ternyata melahirkan ketentraman bagi yang mendengar, tak peduli dia muslim atau non muslim. Hal ini terasa sekali dari lantunan ayat-ayat yang dibacakan oleh syeikh Mishary. Kalimat-kalimat dalam Qur`an bukanlah sekedar untaian kata dalam bahasa arab, dia mengandung nada dan makna yang begitu indah dan mempesona yang mampu menentramkan jiwa. Mungkin itulah sebabnya Rosulullah Muhammad SAW menyuruh kita membaguskan bacaan Qur`an kita. Lebih dari itu, Allah sendiri memerintahkan dalam surat Al-Muzammil ayat 4, “Bacalah Al-Qur`an itu dengan setartil-tartilnya”. Sayyidina Ali R.A. memberi penjelasan, “Tartil adalah membaguskan huruf-huruf dan mengerti mengenai berhentinya bacaan”.

Semoga di bulan Romadhan ini kita bisa membaguskan bacaan Qur`an kita agar keindahannya bisa menyentuh jiwa-jiwa manusia. Tentu yang tidak kalah pentingnya juga adalah di bulan romadhan ini kita bisa membaguskan pemahaman dan pengamalan kita terhadap Qur`an, sehingga kita bisa membumikan keindahan Qur`an tidak hanya sebatas bacaan yang enak didengar telinga tapi kita juga bisa membumikan keindahan ajaran Qur`an dalam kehidupan nyata. Karena memang sejatinya Qur`an, sebagaimana yang tertera dalam surat Fushilat ayat 44, berisi panduan hidup dan solusi yang menentramkan jiwa. Semoga (Mukhamad Najib)