Sejarah Ka’bah Diberi Kain Kiswah

Suku-suku dari Teluk Arab serta bagian lain dari Timur Tengah bekerjasama untuk memastikan bahwa Ka’bah tidak pernah terungkap. Berbagai bahan dari berbagai belahan dunia dibawa untuk menutupinya.

Selama masa Nabi Muhammad, kiswah terbuat dari kain dari Yaman kemudian diganti dan diperbarui dua kali setahun. Sebelum Ramadhan dan kemudian selama haji.

Kemudian selama masa pemerintahan Khalifah, menyediakan kiswah secara resmi dilakukan sebagai bagian dari kewajiban negara atau pemerintah.

Pada saat itu, Mesir yang orang-orangnya terkenal dengan tenunan rumit dan desainnya yang rumit dalam segala jenis bahan. Mesir juga salah satu negara yang bertanggung jawab dalam memasok kiswah.

Selama Kekaisaran Ottoman, sangat hati-hati dalam memilih penyulam dan penenun terbaik di Tinees, sebuah kota di Mesir yang terkenal dengan fasilitas dan keunggulan dalam desain.

Pada masa itu, Kiswah terbuat dari sutra hitam dengan berbagai desain dan bordir yang rumit. Kiswah tetap hitam sejak saat itu dan masih hitam sampai sekarang. Pada hari-hari awal, kiswah tidak pernah dilepas dari Ka’bah, yang baru hanya menutupi yang lama.

Pada tahun 160 Hijriah, Al-Mahdi Al-Abbasi memerintahkan agar kiswah dibatasi menjadi satu lapisan karena kekhawatiran bahwa lama-kelamaan kain itu akan merusak Kakbah.

Sejak saat itu, kiswah selalu satu lapisan yang diberikan sebagai hadiah yang dibungkus dalam kotak dan dibingkai dengan hati-hati. Ketika Raja Abdul Aziz memasuki Makkah pada 1343 Hijriah, ia menerima tanggung jawab penuh untuk Kabah, termasuk dalam hal menyediakan Kiswah.