PKS Bukan Wahabi Anti Maulid dan Tahlilan Salah Satu Alasan Dukung Foke-Nara

PKS Bukan Wahabi Anti Maulid dan Tahlilan Salah Satu Alasan Dukung Foke-Nara

Teka teki terkait siapa yang akan dipilih PKS dalam putaran kedua pilkada DKI akhirnya terjawab sudah. Sabtu ini (11/8) PKS resmi mengusung pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli yang sebelumnya menjadi rival calon PKS dalam putaran pertama.

Sebelumnya banyak beredar informasi jika PKS gamang dalam memutuskan untuk memilih calon yang akan mereka usung dalam putaran kedua pilkada DKI, setelah sebelumnya calon yang diusung PKS Hidayat-Didik secara mengejutkan hanya memperoleh 11 persen pada putaran pertama.

Memilih Foke-Nara, PKS seperti menjilat ludah sendiri karena sebelumnya beberapa juru kampanye PKS menyerang habis-habisan pasangan incumbent. Namun memilih Jokowi-Ahok pun menjadi dilema bagi PKS, karena calon yang diusung PDIP dan Gerindra ini disinyalir sekuler dan kurang “ramah” terhadap umat Islam jika nanti terpilih. Meski pada pemilihan Walikota Solo, Hidayat bahkan menjadi juru kampanye Jokowi.

Kembali ke tahun 2008 saat pilkada DKI, di mana hanya ada dua calon yang maju yaitu Foke vs Adang yang didukung PKS. Kubu Foke dengan gencar dan masif menyerang PKS dengan tuduhan anti maulid, anti tahlilan dan penganut wahabi. Bahkan kubu Foke membuat isu di masjid-masjid, jika PKS menang dan memimpin DKI maka tradisi-tradisi yang dianggap Islami oleh warga Islam Jakarta akan dihilangkan.

Menepis serangan itu, PKS tanpa ragu membantah tuduhan tersebut dengan rajin menggelar maulid nabi, bahkan membuat tahlilan seperti yang dilakukan oleh Hidayat sewaktu ibunda/istrinya (?) wafat. Yang ritual-ritual tradisi seperti ini di era sebelum ada PKS dan di awal-awal PKS berdiri bisa dibilang tidak pernah dilakukan oleh ustadz-ustadz PKS yang kebanyakan alumni Timur Tengah. Namun begitulah politik.

Dan diputaran kedua pilkada DKI 2012, seperti dilansir oleh situs merdeka.com, ketua DPW PKS DKI Jakarta Slamet Nurdin Sabtu (11/8) hari ini, menyebut alasan bahwa PKS bukan wahabi, tidak anti maulid dan anti tahlilan menjadi salah satu alasan mendukung Foke-Nara.

“Ada beberapa hal yang termasuk dalam kontrak kerja kita, putaran pertama telah terjadi hal-hal yang mengkhawatirkan berdampak kurang menguntungkan dan berpotensi untuk terjadinya perpecahan di kalangan umat,” kata Slamet Nurdin. “Maka sebagai penganut Ahlussunnah waljamaah, bukan Wahabi anti-maulid dan anti-tahlil, kedua belah pihak telah saling memaafkan dan bersepakat meminta maaf kepada pendukungnya untuk mengutamakan persatuan umat dan konstituennya,” imbuh Slamet di kantor DPP PKS, Jl TB Simatupang Jakarta selatan.

Dan benarlah pernyataan orang-orang yang sering mengatakan soal politik, “Tidak ada musuh dan teman yang abadi yang ada hanyalah Kepentingan yang abadi.” Wallahu a’lam. (fq)