Cermin

Betapa senangnya kancil saat mendapati bayangan dirinya di sebuah genangan air nan jernih. Bayangan itu begitu utuh, persis seperti aslinya. Dan, kancil pun tersenyum sambil terus memandangi bayangan dirinya yang juga tersenyum.

Sapu Jalan

Jam setengah lima pagi ia sudah bergumul dengan sampah-sampah di jalan ibukota. Demi tambahan penghasilan sebesar seratus ribu rupiah, ibu berkerudung ini ikhlas menjadi penyapu jalan. Berikut penuturannya.

Masjid Pintu Seribu

Dikatakan Masjid Pintu Seribu karena begitu banyak pintu yang bertebaran di bangunan masjid ini. Sedemikian banyaknya, para pengurus pun tidak tahu persis berapa jumlah pintu yang ada. Melalui pintu-pintu itu terdapat lorong sempit, gelap, dan berliku yang mirip labirin.

Belajar Sabar dari Seorang Pepeng

Dengan tetap memancarkan senyumannya yang khas, pria paruh baya itu masih terbaring di tempat tidur. Di tempat itulah seorang Pepeng yang punya nama asli Ferrasta Soebardi menekuri anugerah hidup yang begitu mahal. “Allah memang Maha Sayang!” ucapnya tetap bersemangat.

Bocah Semir

Hampir selalu ada fenomena duka di belantara Jakarta. Tak terkecuali di kalangan anak-anak. Di usia yang mestinya sibuk belajar, bercengkrama dengan ayah ibu, kakak adik; justru mereka bercapek-capek mencari nafkah.

Bayangan

Di sebuah daerah nan jauh dari kota, seorang pemuda terhinggap penyakit aneh. Ia begitu gusar dengan keadaannya. Selalu gelisah. Karena penyakit itu, sang pemuda tak berani keluar rumah siang hari. Takut. Sangat takut.

Masjid Luar Batang

Masjid ini berlokasi di wilayah Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara. Tepatnya di Kampung Baru Luar Batang, yang masih satu kawasan dengan Pelabuhan Pasar Ikan Sunda Kelapa.

Sepatu Masjid

Keprihatinan tidak menjadikannya gusar menatap jalan hidup. Walau cuma penjaga sepatu di sebuah masjid, pria sederhana ini masih bisa tersenyum dan bersyukur. Berikut penuturan singkat kehidupannya.  

Gunung

Seorang anak mengungkapkan rasa penasarannya kepada ayahnya. “Yah, seperti apa sih rupa gunung itu?” Sang ayah tidak menjawab. Ia hanya bilang, “Baiklah, kita berangkat menuju gunung. Akan kamu lihat seperti apa wajah gunung itu.”

Koran Sajadah

Lembaran koran-koran bekas itu ditawarkan kepada jamaah shalat yang tidak kebagian tempat. Biasanya, koran bekas digunakan para jamaah sebagai alas atau sajadah shalat.